Hal inilah yang dimanfaatkan betul oleh para pelaku industri Haji dan Umrah. Tentu saja tidak penting lagi bagi kalangan pelaku Industri ini melihat sejauh mana dampak maraknya orang berhaji dan berumrah dalam menciptakan masyarakat religius dan saleh di Indonesia. Yang penting bagi para pelaku industri ini, adalah sejauh mana iklannya bisa menjerat umat dan dengan sendirinya bisa mendapatkan keuntungan yang besar pula.
Tentu di antara para pelaku Industri Travel dan Umrah ini pastilah ada yang punya niatan baik dan ikhlas. Bahkan saya kira ini yang dominan. Â Tapi niat saja tidak cukup, Â kemampuan keluar dari hasrat mencari keuntungan sebesar-besarnya melalui industri ibadah haji dan umrah ini harus pula ada pada diri mereka.Â
Pada sisi yang lain, umat Islam, terutama saya tentunya (semoga Allah berkenan memberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di Tanah SuciNya), Â mulai harus menata baik-baik niat untuk melaksanakan Haji dan Umrah tersebut. Betulkah kerinduan untuk berasyik masyuk dengan Allah adalah tujuan kita atau justru kepentingan gaya hidup dalam masyarakat kita yang memang mementingkan hidup yang penuh gaya?Â
Saya percaya masih banyak yang berhaji dan umrah dengan niat yang sungguh-sungguh ikhlas karena Allah Semata. Bagi yang terakhir ini,  percayalah! Haji dan Umrah jika bukan were (takdir) dan pammase (Rahmat) dari Allah SWT, mustahil akan terpenuhi. Semenarik apa pun iklan, secanggih apa pun sistemnya, tak akan juga kita bisa melaksanakannya,  bila Allah belum berkenan. Travel dengan segala iklannya hanyalah sarana, pada akhirnya Allah jualah Sang Penentunya. Bukankah Kasus First Travel dan Abu  Tour telah memberikan pelajaran bagi kita semua?       Â