Saya sendiri pernah mendengar langsung ceramah dari Anrong Gurutta (panggilan Kyai di Makassar), KH Baharuddin. Beliau adalah Rais Syuriah NU Kota Makassar. Menurutnya Al-Qur'an malah secara eksplisit menunjukkan keharusan mengucapkan selamat atas kelahiran Isa al-Masih ini. Â Kyai yang sangat paham gramatika Arab ini lantas menunjukkan surah Maryam ayat 33:
"Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku dan pada hari aku dibangkitkan kembali". Â
Ini adalah ucapan Nabi Isa, yang diabadikan dalam Al-Qur'an yang menunjukkan kepatutan memberi ucapan selamat dan doa kesejahteraan pada hari kelahirannya, termasuk oleh umat Islam tentunya. Â Demikian Kyai Baharuddin mendedahkan saat itu.
Hal yang sama diuraikan secara terang oleh pakar tafsir Prof Quraisy Syihab dalam tafsir al-Misbahnya. Intinya, demikian Quraisy Syihab, dengan melandaskan pada surah Maryam ayat 33 itu, mengucapkan selamat natal tidaklah diharamkan, bahkan dianjurkan.
Lalu siapa ustaz di Indonesia  yang sering teriak-teriak mengharamkan ucapan natal. Yang saya tahu,  yang paling sering sih...dari para ustaz FPI.  Lalu juga ada ustaz mualaf tapi kondang, Koh Felix Siauw.  Yang paling anyar yang sering disebut-sebut juga sering menyatakan haram umat Islam mengucapkan natal adalah ustaz yang sering melucu,  Abd. Somad.  Yang terakhir ini tentulah tidak sekedar main haram-haramkan saja, karena menurut berita Ia cukup mumpuni dalam menelaah kitab-kitab Islam klasik.  Beliau alumni Al-Azhar Mesir. Tapi entah mengapa Ia berbeda dengan pendapat para syekh di Al-Azhar, tempat  Ustaz Somad menimba ilmu,  misalnya Prof. Dr, Syaikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb.  Grand syekh di Al-Azhar  ini  justru membolehkannya.  Demikian halnya dengan Syeikh Wahbah al-Zuhaili dan Syekh Mustafa Ahmad Zarqa, juga tidak mempermasalahkan ucapan selamat natal tersebut.
Yang secara tegas melarang itu adalah para ulama wahabi, misalnya Ibnu Taimiyah. Ia melarang karena menganggap tasyabbuh pada orang Nasrani. Demikian juga Utsamain, ia juga  menyatakan haram dalam fatwanya jilid III h.44-46, No. 403.  Ibnu Qayyim  al-Jauziah juga setali tiga uang dengan pendapat dua ulama yang disebut terakhir ini.  Â
Dalam hal ini Ustaz Somad meski alumni Al-Azhar Mesir, tapi mungkin dia lebih memilih mengikuti pendapat para ulama Wahabi itu dibanding para syeikh di Al-Azhar. Â Kalau ada rujukan lainnya saya tidak tahu. Â Tapi ya...tidak apa-apa, berpendapat berbeda dengan para tokoh-tokoh tempat Ia menimba ilmu tidak masalah, itu hak beliau.
***
Seperti diuraikan dalam pendahuluan tulisan ini, pengaruh fatwa post truth itu memengaruhi masyarakat dalam soal boleh tidaknya mengucapkan selamat natal ini. Padahal kebanyakan dari para tukang fatwa dadakan itu  hanya memposting sekelumit kata.
Soal yang lain adalah kecenderungan menguatnya 'politik identitas sumbang' segelintir umat Islam saat ini.  Politik identitas yang sumbang adalah istilah yang saya berikan atas menguatnya identitas sekelompok umat Islam yang cenderung negatif.  Politik identitas semacam ini bukannya memperjuangkan keadilan dan pengakuan, tapi justru berupaya menguatkan dominasi mayoritas. Menguasai segenap resources politik dan ekonomi. Dan yang paling mencemaskan, umat Islam seakan-akan di bawah dalam medan pertarungan, antara umat Islam dan  kalangan di luar Islam.  Â