MEMANUSIAKAN GURU
Iis Wiati kartadinata
Guru adalah mahluk dengan serangkaian tantangan, namun dia juga mahluk ciptaan Tuhan dengan kelebihan karena memiliki kemuliaan frofesi. Guru bertanggung jawab atas tuntutan negara, masyarakat, dan kemajuan zaman. Bukan main hebatnya!Â
Semua sadar penuh, seseorang dengan tingkat jabatan tertinggi di negeri ini hingga orang yang tak punya jabatan sekalipun, tahu bahwa dirinya pernah berhubungan dengan mahluk yang bernama guru. (Ya, maaf, kecuali yang memang belum pernah menjadi siswa).Â
Namun kadang ada pula yang merasa tidak sadar akan hubungan yang pernah terjalin itu. Kadang ada orang tua yang khilaf bahwa dirinya pernah memiliki seorang guru. Maka sering terjadi kasus penistaan terhadap guru yang dilakukan oleh sebagian orang tua yang kecewa akan cara guru mendidik anaknya. Bahkan penistaan oleh anak didiknya sendiri. (Saya meniru kata 'penistaan' karena sedang marak dan rasanya pas untuk konteks ini)
Guru tidak sekadar jadi tumpuan, tetapi juga jadi sasaran segala persoalan atau tempat pembuangan akhir segala yang melibatkan dominasi akhlak manusia. Memang iya, segala persoalan yang berkaitan dengan keruntuhan moral anak sekolah pasti lensa masyarakat tertuju pada guru.Â
Gurulah yang bertanggung jawab. Jadilah guru adalah mahluk ciptaan Tuhan yang harus sempurna. Bukan yang paling seksi seperti kata Ahmad Dhani. Sempurna ilmu dan sempurna akhlaknya.
-Guru sebagai sosok yang harus sempurna dalam pandangan siswa
Sering terdengar ocehan siswa di kantin, di angkutan umum, di ruang-ruang belajar les, hingga cuitan-cuitan di media sosial tentang guru. Ada guru yang mengajar dengan cara tidak enak, suka marah, banyak ngasih tugas, menerangkan terlalu cepat, hingga mulut yang tidak sedap baunya.Â
Tapi guru yang baik pun tidak jarang jadi bahasan mereka. "Ngajarnya sih enak, Cuma..." Jadi ingat puisi "Tapi" karya Sutardji Calzoum Bachri. Puisi serba ketidakpuasan manusia akan segala yang diterima.Â
Dengan kata lain, guru adalah mahluk yang sempurna harus menyenangkan siswa di mana pun tempatnya. Guru harus selalu tersenyum, tak boleh ada masalah. Guru harus selalu pintar, tak boleh punya penyakit lupa. Guru harus bersih dari ujung kepala hingga kaki, lebih-lebih guru harus selalu berpenampilan menarik.Â