Saat ini, banyak cabang ilmu bahasa Arab yang masih dianggap sekadar "tambahan" dalam kurikulum. Padahal, bidang seperti ilm al-tarjamah (ilmu terjemah), ilm al-insyâ (menulis kreatif), dan ilm al-Mu’jam (leksikografi) memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi disiplin ilmu mandiri.
Jika ilmu-ilmu ini lebih dikembangkan dalam kurikulum, pembelajaran bahasa Arab akan lebih kaya dan memiliki banyak pilihan karier bagi lulusan.
- Membiasakan Penggunaan Bahasa Arab Secara Aktif
Pembelajaran bahasa Arab harus dirancang agar siswa terbiasa menggunakan bahasa Arab secara alami dan tidak merasa terpaksa.
Bagaimana cara mencapainya?
- Menciptakan lingkungan yang memaksa siswa berbicara bahasa Arab dalam aktivitas sehari-hari.
- Menggunakan metode "learning by speaking", di mana siswa belajar memahami bahasa dengan cara banyak mendengarkan dan berbicara.
- Â Menggunakan multimedia interaktif, seperti podcast bahasa Arab, film, dan aplikasi pembelajaran berbasis AI.
Ketika bahasa Arab digunakan dalam berbagai konteks kehidupan, maka siswa akan lebih mudah menguasainya tanpa merasa terbebani.
- Kurikulum Berbasis Teknologi dan Digitalisasi
Di era digital ini, pembelajaran bahasa Arab harus lebih fleksibel dengan memanfaatkan teknologi seperti:
- Aplikasi belajar bahasa Arab berbasis AI (contoh: Duolingo, Memrise, atau Al-Kunuz)
- Penggunaan YouTube dan podcast berbahasa Arab sebagai media pembelajaran tambahan.
- Kelas online dan pembelajaran berbasis gamifikasi untuk meningkatkan interaksi siswa
Dengan pendekatan ini, belajar bahasa Arab menjadi lebih menarik dan tidak terbatas pada ruang kelas.
Kesimpulan
Pengembangan kurikulum bahasa Arab harus selalu relevan, adaptif, dan responsif terhadap perkembangan zaman. Kurikulum yang efektif bukan hanya berfokus pada teori, tetapi juga harus memberikan pengalaman belajar yang praktis dan aplikatif.
Dengan strategi revitalisasi sinergi keilmuan, adaptasi metode modern, pengembangan cabang ilmu baru, serta pemanfaatan teknologi, pembelajaran bahasa Arab akan menjadi lebih efektif dan menarik.
Jika kurikulum terus diperbarui sesuai dengan kebutuhan era digital dan globalisasi, maka generasi baru tidak hanya akan menguasai bahasa Arab, tetapi juga mampu menggunakan bahasa ini sebagai alat komunikasi global dan akademik.