Setelah meninggalkan Restoran, kulajukan mobil dan sampai di rumah sekitar pukul sebelas malam. Kubuka kenop pintu dan berjalan gontai ke lantai dua segera menuju kamar.Â
Guyuran air dingin dari shower sungguh menenangkanku. Setelah selesai, aku memakai kaos tipis dengan celana longgar. Kuhempaskan diri di kasur seraya membenamkan wajah di bantal kemudian entah kapan dan bagaimana aku terlelap.
***
Keesokan harinya, aku bekerja seperti biasa di kantor. Masih asik dengan laptopku, tiba-tiba dering ponsel membuatku terpaksa menghentikan aktifitasku.Â
Kuraih ponselku dengan enggan. Setelah menggangkatnya, terdengar suara pria di ujung telepon.
"Apaaa? Belum bayar? Tiga juta?" Aku terkesiap dan bangkit dari kursiku.
Si nyebelin Gio ternyata memang selalu mengagetkaku, pulang tanpa membayar tagihan makan malam di restoran saat ulang tahunku.Â
Ni orang emang suka Bikin malu gue aja. Issh
"Ya, nanti saya kesana." Ku akhiri panggilan dari manajer Restoran tersebut dan meletakkkan ponselku di meja. Sambil sesekali memijit tengkukku.
Aku menghela nafas kasar. Bisa-bisanya dia, awas saja kamu Gio. Aku mulai mendengus kesal. Gio memang suka seperti itu, ku kira dia yang akan mentraktir, eh ternyata aku juga yang bayar semua. Siapa juga yang ingin raya-rayaan ulang tahun.
Aku berjalan gontai ke arah pintu, dan mendapati Fatika, sekretarisku duduk di depan komputer nya. Dia langsung berdiri dengan wajah datarnya.Belum sempat dia bertanya, Aku langsung menyela.