Perbaikan untuk kata ‘ngakunya’ dapat dengan cara mengganti imbuhan ng- menjadi prefkis me(N) yaitu morf meng-, sehingga menghasilkan kata ‘mengaku’ sebagai ganti dari kata ‘ngakunya’. Adapun perbaikan kata ‘ngerukiah dapat dengan cara mengganti imbuhan nge- menjadi prefkis me(N) yaitu morf me-, sehingga menghasilkan kata ‘merukiah’ sebagai ganti dari kata ‘ngerukiah’.
3. Kesalahan penggunaan simulfiks pada kata ‘merhatiin’
penggunaan afiksasi, yang mana kata ‘merhatiin’ mengalami salah penggunan simufliks.Â
Kata ‘merhatiin’ mengalami kesalahan dalam peluluhan fonem. Kata ‘merhatiin’ merupakan bentukan dasar dari kata ‘perhati’, yang seharusnya tidak diluluhkan, kata ‘merhatiin’ seharusnya ‘memperhatikan’. Selain peluluh fonem terjadi juga kesalahanKata ‘merhatiin’ mengalami penyimpangan dalam pemberian dua imbuhan pada kata dasar perhati. Seharusnya imbuhan yang tepat digunakan pada kata ‘perhati’ ialah dua gabungan prefiks mem- dan sufiks –kan, bukan malah fonem awal /p/ diluluhkan dan diganti fonem /m/ serta sufiks yang digunakan malah sufiks serapan dari bahasa asing yaitu –in. Penyebab kesalahan penggunaan afiksasi ini yaitu dikarenakan pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulisan sehingga menghasilkan penggunaan kata yang salah.
Perbaikan untuk kata ‘merhatiin’ dapat dengan cara mengganti tidak meluluhkan fonem awal /p/, menambahkan simulfiks mem-kan pada kata dasar perhati. Sehingga menghasilkan kata ‘memperhatikan’ sebagai ganti dari kesalahan kata ‘merhatiin’.Â
SIMPULAN
Kesalahan berbahasa harus diakui sangatlah sulit dihindari apalagi mengingat sebagian orang tidak memiliki kepekaan terdahap penyimpangan bahasa yang terjadi disekitar dan cenderung mengabaikan ketentuan bahasa yang telah dirumuskan. Hal tersebut dibuktikan dari masih adanya kesalahan berbahasa yang terjadi dalam unggahan Lambe Turah, utamanya kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi yaitu afiksasi yang meliputi prefiks (imbuhan awal), infiks (sisipan), sufiks (imbuhan akhir), konfiks (imbuhan awal akhir), dan simulfiks (imbuhan gabungan).
Dalam pembahasan ini dari beberapa jenis afiksasi yang telah disebutkan diatas, ditemukan 3 jenis afiksasi yaitu perfiks, sufiks, dan simulfiks yang mengalami kesalahan dalam penggunaannya.Â
Dengan kasus penyimpangan, antara lain 2 kasus prefiks pada kata ngakunya dan ngerukiah, 1 kasus sufiks pada kata jadiin, serta 1 kasus simulfiks pada kata merhatiin. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi afiksasi tersebut disebabkan oleh kontaminasi bahasa asing yang biasanya terjadi pada orang bilingual (menguasi dua bahasa dengan baik), pengaruh bahasa daerah. serta pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulisan sehingga menghasilkan penggunaan kata yang salah.
Mungkin pembahasan ini belum mampu memberikan suatu strategi untuk mengelakkan atau menghindari kesalahan berbahasa secara mutlak di masyarakat. Namun setidaknya dapat memberikan sedikit kontribusi sebuah pemahaman mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi. Hal tersebut dirasa lebih baik ketimbang tidak melalukan apapun dan membiarkan penyimpangan bahasa itu terjadi, yang mana jika tetap bersikap sepeti itu tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada rusaknya bahasa Indonesia karena kurangnya pemeliharaan dan pelestarian terhadap bahasa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA