Segala informasi bisa didapatkan dengan mudah dari sana, namun dari kebermanfaatan media sosial dalam memberikan informasi kepada masyarakat tanpa disadari di sana pun terjadi praktik penyimpangan afiksasi yang disebabkan oleh sikap yang cenderung mengabaikan ketentuan bahasa yang telah dirumuskan. Â Sebagian masyarakat hanya peduli pada isi informasinya saja, tanpa memedulikan setiap kata yang ternyata mengalami penyimpangan bahasa.
Pembahasan kali ini akan menggunakan unggahan twitter dari Lambe Turah Official dengan nama akun @Lambe_Turah sebagai sumber utama dalam pembahasan yang bertujuan untuk memberikan pemahan mengenai kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi yaitu penggunaan afiks (imbuhan).
PEMBAHASAN KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKSASI
Unggahan twitter yang digunakan pada pembahasan ini diambil dalam rentan bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2021 pada Lambe Turah Official berjumlah 3 unggahan. Setiap pembahasan akan berisi satu unggahan yang disertai dengan deskripsi kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi afiksasi dan perbaikan katanya. Berikut ini pembahasannya.
1. Kesalahan penggunaan sufiks pada kata ‘jadiin’
Kata ‘jadiin’ mengalami kesalahan dalam penggunaan sufiks (imbuhan akhir). Rumilah dan Cahyani (2020) menyatakan bahwa sufiks adalah afiks (imbuhan) yang dibubuhkan diakhir dasar. Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai bentuk sufiks, yaitu -i, -kan, -an, -wan, -wati, -man, -wi, -nya, -nda, -if, dan -or.Â
Sedangkan pada kata ‘jadiin’ yang berkata dasar ‘jadi’ malah diberi sufiks –in yang mana tidak termasuk kedalam bentuk sufiks bahasa Indonesia, tetapi termasuk sebagai sufiks serapan dari bahasa asing, seperti -iah, -isme, -is, -isasi, -asme, dan -in. Kesalahan berbahasa tataran morfologi afiksasi ini bisa terjadi karena adanya kontaminasi dari bahasa asing, hal tersebut biasanya terjadi pada orang bilingual (menguasi dua bahasa dengan baik).
Perbaikan untuk kata ‘jadiin’ dapat dengan cara mengganti sufiks serapan -in menjadi sufiks -kan, sehingga menghasilkan kata ‘jadikan’ sebagai ganti dari kata ‘jadiin’ yang mengalami kesalahan dalam penggunaan sufiks (imbuhan akhir).Â
2. Kesalahan penggunaan prefiks pada kata ‘ngakunya’ dan ‘ngerukiah
Dalam unggahan Lambe Turah pada tanggal 18 Mei 2021 ini ditemukan 2 kata yang mengalami penggunaan prefiks (imbuhan awal) yang salah, yaitu ‘ngakunya’ dan ‘ngerukiah’. Kata ‘ngakunya’ mengalami penyingkatan prefiks me(N) yaitu morf meng- tidak dituliskan secara lengkap, yang mana seharusnya ‘mengaku’ menjadi ‘ngakunya’.Â
Adapun kata ‘ngerukiah’ mengalami penyingkatan prefiks me(N) yaitu morf me- tergantikan morf nge-, yang mana seharusnya ‘merukiah’ menjadi ‘ngerukiah’. Kedua kata yang mengalami kesalahan penggunaan prefiks tersebut terjadi bisa dikarenakan pengaruh bahasa daerah dan pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulisan sehingga menghasilkan penggunaan kata yang salah.