Mohon tunggu...
Iis Nur Azizah
Iis Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia

Apa kabar hari ini?

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Tokoh-tokoh dengan Teori Persona Carl Jung dalam Novel Demian Karya Hermann Hesse

10 Februari 2021   07:34 Diperbarui: 16 Mei 2022   09:09 2620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demian: Kisah Dari Masa Muda Emil Sinclair merupakan salah satu judul karya sastra yang ditulis oleh sastrawan Jerman terkenal, yakni Hermann Hesse. Karya yang berupa novel ini lahir tahun 1919. Novel Demian yang berjudul asli Demian: Die Geschichte einer Jugend menjadi karya yang cukup sukses pada zamannya. Novel tersebut mengisahkan kehidupan tokoh utama, yaitu Emil Sinclair, beserta problem yang dialaminya. Tujuan penelitian ini untuk membedah psikologi sastra tokoh-tokoh dalam novel terjemahan Demian: Kisah Dari Masa Muda Emil Sinclair dengan menggunakan teori persona yang merupakan salah satu dari empat konsep struktur ketidaksadaran kolektif dalam jiwa manusia yang meliputi persona, anima-animus, shadow, dan self. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan teori persona yang dikemukakan oleh Carl Jung sebagai acuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan, studi simak, dan studi catat. Hasil dari penelitian ini merunjuk pada analisis teori persona dalam novel yang meliputi dua sumber persona, perkembangan persona, transformasi persona, dan proses integrasi persona.

Demian merupakan novel yang berasal dari Jerman, lahir tahun 1919 karya Hermann Hesse yang kemudian pada tahun 2017 diterbitkan dalam bentuk terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Mata Aksara dengan Deasy Serviana sebagai penerjemah. Novel ini mengisahkan kehidupan tokoh utama, yaitu Emil Sinclair, beserta problem yang dialaminya dengan pengaruh Max Demian dalam fase pencarian jati dirinya. Penyelamatku dari siksaan, datang dari sisi yang tak terduga, yang bersamaan dengan hal itu sesuatu yang baru memasuki kehidupanku, sesuatu yang masih mempengaruhiku bahkan hingga hari ini (Hesse, 2017: 43) dari penggalan cerita dalam novel tersebut, maka kita ketahui dalam fase pencarian jati diri---Sinclair tak lepas dari pengaruh Demian. Sinclair mengalami banyak problem secara psike saat menjalani masa kecil dan remajanya. Dia berteman dengan seorang pemuda nyentrik dan agak misterius yang bernama Demian. Kehidupannya pun mulai berubah setelah mengenal Demian. Novel ini berhasil meraih penghargaan nobel dengan cerita mengenai pencarian jati diri, mimpi, mitologi, dan masalah psikologi yang dipengaruhi psikolog Carl Gustav Jung.

Penelitian ini bertujuan untuk membedah psikologi sastra dalam novel terjemahan Demian: Kisah Dari Masa Muda Emil Sinclair menggunakan teori sesuai dengan latar belakang novel yang mana dipengaruhi oleh psikolog Carl Gustav Jung yaitu teori persona salah satu dari empat konsep struktur ketidaksadaran kolektif yang berupa persona (topeng), shadow, anima/animus, dan self (diri) (Rokhmansyah dan Asmarani, 2018: 225). Menurut Stein (2019: 133) mengungkapkan bahwa istilah persona bermakna seseorang sebagaimana yang tampak, bukan seseorang yang sebenarnya. Persona merupakan konstruksi sosial dan psikologi yang diadopsi untuk tujuan tertentu. Dalam Stein (2019: 137-146) diketahui terdapat empat materi dalam teori persona diantaranya yaitu dua sumber persona, perkembangan persona, transformasi persona, dan proses mengintegrasi persona.

Jung mengemukakan dua sumber persona: "Sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di masyarakat, karakter sosial seseorang diarahkan pada satu sisi oleh ekspetasi dan tuntutan masyarakat, dan di sisi lain oleh tujuan dan aspirasi sosial individu itu sendiri di masyarakat" (Stein, 2019: 137). Sebagaimana dua sumber persona yang telah dijelaskan secara singkat dalam novel. Tokoh utama, yaitu Sinclair mengalami sebuah dilema dalam hidupnya diantara patuh mengikuti ketentuan lingkungan sosialnya atau berontak mengikuti keinginan dirinya sendiri.

Selanjutnya Stein (2019: 141) menyatakan bahwa perkembangan persona merupakan perkara besar pada remaja dan dewasa muda, ketika banyak sekali aktivitas berlangsung di dalam dunia internal. Begitu banyak impuls, fantasi, mimpi-mimpi, keinginan, ideologi, dan idealisme di satu sisi, dan tekanan sebaya ke arah konformitas di sisi lain. Dari yang telah di kemukakan mengenai perkembangan persona dalam usia remaja dan dewasa terdapat banyak hal yang terjadi serta dirasakan pada masa-masa tertentu, hal tersebut pun dialami oleh Sinclair pada masa remaja dan dewasa mudanya yang mana dalam cerita kerap kali ia mulai mengkhayalkan masa depan, mempunyai mimpi ataupun keinginan pribadi yang harus dicapai.

Kemudian dalam Transformasi Persona ini terjadi perubahan yang besar dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja; kemudian dari remaja ke dewasa; lainnya adalah masa transisi dewasa muda ke usia tengah baya; kemudian transisi ke dalam usia tua (Stein, 2019: 144). Dalam novel, Hesse menceritakan perjalanan hidup Sinclair pun banyak terjadi perubahan pada tokoh utama tersebut baik dalam segi batin serta fisik sesuai dengan fase tumbuh kembangnya, di mulai dari usia sepuluh tahun sampai memasuki usia dewasa muda.

Masuk kedalam mengintegrasikan persona dan bayang-banyang, Stein (2019: 146) menyatakan bahwa pada konteks bab ini, integrasi bertumpu pada penerimaan-diri, yakni menerima seutuhnya bagian-bagian seseorang yang tidak berasal dari persona yang biasanya merupakan citraan ideal atau norma kultural. Diakhir cerita, sebuah penerimaan-diri ini dialami seutuhnya oleh Sinclair. Tokoh utama yaitu Sinclair tak lagi bergantung pada Demian karena ia berhasil menemukan jati dirinya dan ia telah mampu menerima dirinya sendiri dengan apa adanya.

Untuk penelitian karya sastra yang menggunakan psikologi sastra pernah dibuat oleh Alfian Rokhmansyah dan Ratna Asmarani dengan judul penelitian Struktur Ketaksadaran Kolektif Tokoh Utama Dalam Novel The Sweet Sins Karya Rangga Wirianto Putra yang di publikasikan pada tahun 2018. Persamaan dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan teori yaitu menggunakan teori psikologi Carl Jung. Untuk perbedaan terdapat dalam objek penelitian yang mana Alfin dan Ratna menggunakan novel The Sweet Sins karya Rangga Wirianto Putra, sedangkan penelitian ini menggunakan novel terjemahan Demian: Kisah dari Masa Muda Emil Sinclair karya Hermann Hesse.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan teori persona yang dikemukakan oleh Carl Jung sebagai acuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan, studi simak, dan studi catat. Hasil dari penelitian ini merujuk pada analisis teori persona dalam novel yang meliputi dua sumber persona, perkembangan persona, transformasi persona, dan proses integrasi persona.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 1996: 73). Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013: 28).

Pedekatan dalam penelitian ini menggunakan psikologi sastra berdasarkan salah satu dari empat konsep struktur ketidaksadaran kolektif dalam jiwa manusia meliputi persona, anima-animus, shadow, dan self yaitu teori persona. Menurut Stein (2019: 133) mengungkapkan bahwa istilah persona bermakna seseorang sebagaimana yang tampak, bukan seseorang yang sebenarnya. Persona merupakan konstruksi sosial dan psikologi yang diadopsi untuk tujuan tertentu. Dalam Stein (2019: 137-146) diketahui terdapat empat materi dalam teori persona diantaranya yaitu dua sumber persona, perkembangan persona, transformasi persona, dan proses mengintegrasi persona.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan, teknik simak, dan teknik catat. Menurut Sugiyono (2012: 291), studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah. Mahsun (2005: 242) menyatakan bahwa teknik simak merupakan teknik yang digunakan dalam penyedian data dengan cara penelitian melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Kemudian tenik catat dengan cara mencatat beberapa judul berita yang, lalu mengklafisikasikan menurut jenis-jenisnya.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah novel terjemahan Demian Kisah dari Masa Muda Emil Sinclair. Adapun langkah pengumpulan data penelitian, mengacu pada pendapat Rafiek (2013: 4) yakni membaca karya sastra, menguasai teori, menguasai metode, mencari dan menemukan data, menganalisis data yang ditemukan secara mendalam, melakukan perbaikan secara menyeluruh, membuat simpulan penelitian.

Hasil Penelitian

Penelitian psikologi sastra dengan pembahasan pada analisis ini adalah salah satu dari empat ketidaksadaran kolektif dalam teori psikologi Carl Jung yaitu teori persona yang meliputi dua sumber persona, perkembangan persona, transformasi persona, dan proses mengintegrasi persona pada tokoh-tokoh dalam novel terjemahan Demian: Kisah dari Masa Muda Emil Sinclair karya Hermann Hesse. Dari objek penelitian novel yang bertemakan pencarian jati diri, mimpi, mitologi, dan masalah psikologi yang dipengaruhi psikolog Carl Gustav Jung, selanjutnya akan dipaparkan hasil penelitian mengenai  teori persona Carl Jung  dalam novel terjemahan karya Hermann Hesse.

1. Dua Sumber Persona Tokoh-Tokoh

Stein (2019: 137) menyatakan bahwa terdapat dua sumber persona yaitu; (1) tuntutan dan ekspetasi lingkungan, (2) ambisi sosial individu. Tuntutan dan ekspetasi lingkungan, termasuk ke dalam persyaratan tersebut misalnya menjadi jenis orang tertentu, berperilaku dengan patut sesuai aturan dalam kelompok, dan kerap kali harus meyakini pendapat-pendapat tertentu tentang realitas (misalnya menyetejui ajaran agama tertentu. Ambisi sosial individu merupakan sisi dengan tujuan dan aspirasi sosial individu itu sendiri di masyarakat.

Berikut adalah hasil penelitian mengenai dua sumber persona pada tokoh-tokoh dalam novel.

Tokoh : Emil Sinclair

Tuntutan dan Ekspetasi Lingkungan :

...Pada saat inilah aku mengetahui tujuan dalam hidupku menjadi seperti ayah dan ibuku, menjadi terang dan suci, superior dan teratur seperti mereka...(hal. 9)

Dari kutipan di atas, Sinclair dalam mengikuti tuntutan dan ekspetasi lingkungannya ia harus menempatkan dirinya menjadi sama seperti sosok ayah dan ibu yaitu hidup di dunia terang. Dalam cerita ayah dan ibu Sinclair merupakan sosok yang religius sehingga sebagai anak yang terlahir dari mereka, Sinclair membentuk kepribadian dalam dirinya yang taat pada agama agar dapat di terima oleh lingkungan sekitar.

Ambisi Sosial Individu :

...Pada kenyataannya, aku lebih memilih untuk hidup dalam dunia terlarang, dan sesekali kembali pada dunia terang...(hal. 9)

Dari kutipan di atas, Sinclair yang pada saat itu berusia sepuluh tahun dalam cerita memiliki ambisi tersendiri yang bertentangan dengan tuntutan dan ekspetasi lingkungannya. Ambisi Sinclair itu tumbuh di karenakan tumbuhnya rasa penasaran dalam dirinya pada dunia lain selain dunia terang yang di perkenalkan oleh keluarganya yaitu dunia gelap, yang terdapat cerita para pelayan perempuan dan pekerja harian, cerita-cerita hantu dan rumor-rumor penuh skandal (Hesse, 2017: 7).

Tokoh : Pistorius

Tuntutan dan Ekspetasi Lingkungan :

..."bahwa aku pernah menjadi siswa ilmu keagamaan dan nyaris menjadi seseorang yang terkemuka. Tetapi, kesalahan yang kubuat kemudian hanyalah salah satu dari segala macam bentuk yang ada dimuka bumi. Menjadi pendeta adalah keahlian dan tujuanku"...(hal. 195)

Dari kutipan diatas, Pistorius menjadi siswa ilmu keagamaan untuk mencapai tujuannya sebagai pendeta. Hal tersebut merupakan tuntutan dan ekspetasi lingkungannya. Dalam Hesse (2017: 180) diceritakan bahwa ayah Pistorius adalah pria luar biasa yang dihormati, orang terkemuka dan pengkhotbah di kotanya. Sehingga Pistorius dalam upaya memenuhi tuntutan dan ekspetasi lingkungannya untuk di akui sebagai anak laki-laki yang bertalenta dan menjanjikan oleh ayahnya sendiri ia pun masuk ke sekolah ilmu keagamaan untuk menjadi pendeta.

Ambisi Sosial Individu :

..."Kepercayaan baru kita, yang kita pilih bernama Abraxas, itu indah, temanku, itu adalah hal terbaik yang kita miliki. Tetapi, masih dalam masa pertumbuhannya! Sayapnya masih sepenuhnya berkembang. Ah, sebuah agama soliter bukan kebenaran. Itu harus menjadi sebuah agam dari komunitas, itu harus memiliki upacara dan hiruk pikuk, festival dan misteri"... (hal. 197)

Dari kutipan diatas, diketahui Pistorius mempunyai ambisi melahirkan agama baru dengan Abraxas sebagai Tuhannya. Hal tersebut sangat menyimpang dari tuntutan dan ekpetasi lingkungannya dalam beragaman. Bahkan dalam proses mencapai ambisi sosial individunya Pistorius keluar dari sekolah ilmu keagamaan di karenakan ketertarikan dan kekagumannya pada jenis dewa yang orang-orang temukan dalam sejarah yaitu Abraxas. Hal tersebut membuat Pistorius menjadi orang terbuang dan ia berakhir mendapatkan pekerjaan kecil sebagai pemain organ alih-alih menjadi pendeta.

2. Perkembangan Persona Tokoh Utama Emil Sinclair

Stein (2019: 141) menyatakan bahwa perkembangan persona merupakan perkara besar pada remaja dan dewasa muda, ketika banyak sekali aktivitas berlangsung di dalam dunia internal. Begitu banyak impuls, fantasi, mimpi-mimpi, keinginan, ideologi, dan idealisme di satu sisi, dan tekanan sebaya ke arah konformitas di sisi lain. Dalam tahap perkembangan persona setiap individu sering terjadi konflik di dalam ego, antara individual/separasi dan konformitas sosial, menciptakan kecemasan yang cukup besar. Hal tersebut terjadi karena adanya kebutuhan dan keinginan seseorang untuk menjadi bebas, unik, dan individual, tetapi dapat diterima dan disukai oleh orang lain.

Dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2009) disebutkan bahwa perkembangan manusia merupakan suatu studi ilmiah tentang polapola perubahan dan stabilitas di sepanjang rentang kehidupan manusia. Hal itu menunjukkan bahwa manusia mengalami perubahan dalam beberapa hal, misalnya dalam hal tinggi dan berat badan, perbendaharaan kata, dan kematangan berpikir. Akan tetapi, ada pula hal-hal yang cenderung menetap, seperti temperamen dan kepribadian.

Berikut adalah hasil penelitian mengenai perkembangan persona pada tokoh utama Emil Sinclair.

Usia Tokoh Utama 'Sinclair' : 10 Tahun

Perkembangan Persona :

...aku berusia sepuluh tahun dan menjalani sekolah dasar swasta di kota kecil asalku. Banyak kenangan yang berembus padaku, menyentuh masuk ke dalam diriku dengan cara yang melankolis dan penuh sensasi yang menyenangkan...(hal. 5)

Papalia, ddk (dalam Hildayani, 2014: 7) menyatakan bahwa sekitar usia 6 sampai 11 tahun di sebut sebagai periode usia sekolah, pada periode ini anak-anak belajar tentang lingkungan yang lebih luas. Sinclair di usia sepuluh tahun mulai merasakan banyak hal. Salah satunya yaitu sensasi menyenangkan yang dirasakan olehnya saat menjalani masa sekolah dasar yang tenang dan teratur.

...aku merasakan keharusan untuk berpikir ulang mengenai situasiku, untuk membuat rencana mengenai hari esok...(hal. 29)

Dari kutipan diatas, diketahui selain merasakan banyak hal baru di periode usia sekolah yang mengacu pada pernyataan Papalia, dkk (dalam Hildayani, 2014: 7) pada periode ini pun seorang anak mulais mempunyai proses berpikir yang lebih logis. Sebagaimana Sinclair dalam cerita ini mulai menggunakan akalnya dalam mengatasi permasalahan pada kehidupan sehari-harinya.

...aku juga dekat dengan anak-anak lelaki tetangga yang bersekolah di sekolah umum... (hal. 13)

Dari kutipan di samping, dalam Papalia, dkk (dalam Hildayani, 2014: 7) pada periode usia anak berkisar 10 tahunan sudah memiliki hubungan persabatan dengan individu lainnya, sebagaimana Sinclair berteman dengan anak-anak lelaki yang bersekolah di sekolah umum.

...aku tahu bahwa sekarang aku memiliki sebuah rahasia, sebuah kesalahan yang harus ku telan sendiri... (hal. 27)

Dari kutipan di samping, Papalia, dkk (dalam Hildayani, 2014: 7) menyatakan terdapat pemahaman bahwa periode pada masa usia sekolah yang berlangsung sekitar 6-11 tahun telah memiliki rasa tanggung jawab dalam dirinya. Begitupun dengan Sinclair yang dengan sadar mengakui kesalahannya dan siap mempertanggungjawabkannya.

Usia Tokoh Utama 'Sinclair' : 18 Tahun

Perkembangan Persona :

...masa remajaku, aku mungkin hanya akan berbicara mengenai hal-hal baru yang ku alami, hal-hal yang membelokkan atau menarikku pergi...

Dari kutipan diatas, diketahui bahwa Papalia, dkk (dalam Hildayani, 2014: 7) menyatakan periode remaja berlangsung sekitar usia 11 hingga 18 tahun. Periode ini mengawali transisi ke masa dewasa dan mulai menetapkan nilai-nilai dan tujuan pribadi. Dalam masa perkembangan personanya, Sinclair secara perlahan meninggalkan masa kanak-kanaknya dan sudah memiliki tujuan hidup disertai hal-hal baru yang ia terima.

3. Transformasi Persona Tokoh-Tokoh

Transformasi persona merupakan masa terjadi perubahan yang besar dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja; kemudian remaja ke dewasa; lainnya adalah masa transisi dewasa muda ke usia tengah baya; kemudian transisi ke dalam usia tua (Stein, 2019: 144). Pada setiap masa yang di rasakan oleh satu individu akan menghadapi tantangan adaptasi dengan menyesuaikan konsep diri dan menyajikan persona yang tepat. Cerminan perubahan persona yang akan di alami meliputi, berpikir secara berbeda tentang dirinya; berpakaian berbeda; menata rambut dengan cara berbeda; membeli rumah dan mobil berbeda; bergantung pada usia; status pernikahan; kelas sosial ekonomi; referensi kelompok sebaya.

Berikut adalah hasil penelitian mengenai transformasi persona pada tokoh-tokoh dalam novel.

Tokoh : Emil Sinclair

Masa Transformasi Persona : Masa kanak-kanak ke remaja

Kutipan dalam Novel :

Masa kanak-kanak

.."Aku dapat menceritakan hal-hal penuh kesenangan, kelembutan, dan kasih mengenai masa kanak-kanakku"... (hal. 80)

Masa remaja

..."Jadi, untuk sepanjang waktu aku melanjutkan menjalani masa remajaku, aku mungkin hanya akan berbicara mengenai hal-hal baru yang kualami, hal-hal yang membelokkan atau menarikku pergi"... (hal. 81)

Hasil Penelitian :

Terdapat perubahan persona yang terjadi dalam tokoh Sinclair, hal tersebut terlihat dari hal-hal yang di rasakan oleh Sinclair yang mana pada masa kanak-kanak ia merasakan hal-hal penuh kesenangan, kelembutan, dan kasih. Kemudian saat Sinclair memasuki masa remaja ia mengalami hal-hal baru yaitu hal-hal yang membelokkan atau menariknya pergi dari masa kanak-kanaknya yang menyenangkan. Dalam Hesse (2017: 80) di ceritakan hal-hal yang dirasakan pada masa remaja Sinclair adalah getaran-getaran jiwa yang datangan dari "dunia lain" berupa kecemasan, tekanan, dan nurani berisi perasaan bersalah yang membahayakan kedamaian pada masa sebelumnya yaitu masa kanak-kanak.

Masa Transformasi Persona : Masa remaja ke dewasa

Kutipan dalam Novel :

Masa dewasa

..."aku telah memiliki banyak tagihan untuk rokok dan semua tagihan itu menumpuk di beberapa toko. Tidak hanya itu kecemasan-kecemasan semakin dalam ketika aku memikirkan tentang masa hidupku, aku dimasa depan, dan aku dimasa tinggalku di sini yang hanya sebentar lagi"... (hal. 137)

Hasil Penelitian :

Sebagaimana yang di ungkapkan diatas mengenai masa remaja Sinclair yang menemui banyak hal-hal baru, salah satunya kecemasan. Untuk di masa dewasa ini, kecemasan Sinclair semakin kompleks. Dimasa dewasa Sinclair mulai mempunyai  rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri dan rencana untuk masa depannya kelak di hari tua.

Tokoh : Max Demian

Masa Transformasi Persona : Masa kanak-kanak dan masa dewasa

Kutipan dalam Novel :

Masa kanak-kanak

..."di tengah kumpulan kekanakan kami, dia bergerak seperti seseorang yang asing, sedewasa pria atau lebih tepatnya seperti seorang pria terhormat. Dia (Demian) tidak popular, dia tidak ambil bagian dalam permainan kami, dia membiarkan pertatrungan kami"... (hal. 43)

Masa dewasa

..."sesegera mungkin setelah mereka mengumumkan pergerakan, aku (Demian) akan berada dalam barisan tentara. Aku adalah seorang Letnan"... (hal. 287)

Hasil Penelitian :

Dalam cerita, Demian tidak di ceritakan secara runtut dari setiap masa transformasi personanya. Namun, terdapat deskripsi mengenai masa kanak-kanak di awal cerita dan masa dewasa Demian di akhir cerita. Berbeda dengan Sinclar yang ditemukan beberapa perubahan di setiap transformasi personanya, untuk tokoh Demian dalam cerita tergolong stabil. Masa kanak-kanak dan masa dewasa dalam diri Demia hampir sama, yaitu ia merupakan pribadi yang dewasa, tertutup dan cenderung sebagai pengamat lingkungan sekitarnya. Hal tersebut di kuatkan pula dari Hesse (2017: 287-288) yang di ceritakan bahwa Sinlcair tidak mengetahui bahwa Demian adalah seorang Letnan. Kemudian pada saat itu Demian mengungkapkan bahwa, itu adalah salah satu caranya beradapatasi dan ia tidak mau terlihat mencolok, ia lebih suka melakukan sedikit hal untuk menjadi benar.

4. Proses Integrasi Pesona Tokoh Utama Emil Sinclair

Stein (2019: 146) dalam konteks bab ini, integrasi bertumpu pada penerimaan-diri, yakni menerima seutuhnya bagian-bagian seseorang yang tidak berasal dari persona yang biasanya merupakan citraan ideal atau norma kultural. Dengan kata lain, menerima aspek personal yang dianggap memalukan dan penuh dosa.

Berikut adalah hasil penelitian mengenai proses integrasi persona pada tokoh utama 'Emil Sinclair' dalam novel yang ditemukan pada akhir cerita dengan kutipan sebagai berikut:

..."perban terasa menyakitkan. Semua yang telah terjadi padaku semenjak itu terasa menyakitkan tapi kapan pun aku mencari kunci mengenai waktu itu, dan hinggap ke dalam diriku, gamabaran takdir tertidur di dalam cermin gelap, aku hanya perlu mencondongkan diri ke arah cermin untuk melihat citra diriku sendiri yang kini terlihat persis mirip dengannya, Dia, temanku dan sang penunjuk jalan"... (hal. 299)

Di akhir cerita terjadi peperangan pada waktu itu. Demian gugur pada saat berjaga di garis depan, ia pun meninggalkan pesan pada sahabatnya, Sinclair sebelum menemui ajalnya, "....Sinclair muda, perhatikan. Aku segera harus pergi. Mungkin kau akan membutuhkanku lagi suatu waktu, untuk melindungimu dari Kromer atau dari sesuatu lainnya. Jika kau memanggilku aku tidak akan lagi datang mengendarai seekor kuda atau kereta. Kau harus mendengarkan di dalam dirimu sendiri dan kau akan menyadari bahwa aku berada di dalammu...." (Hesse, 2017: 298).

Dari pesan terakhir Demian di ketahui bahwa ia ingin Sinclair berhenti bergantung padanya. Walaupun pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk sosial, dalam bertanggung jawab manusia tetap harus mampu menanggung resiko atas perbuatannya dan harus mampu memilih jalan terbaik dalan hidupnya sendiri.

Setelah mendengar pesan terakhir dari Demian untuknya. Sinclair dalam proses integrasi persona pada akhirnya sesuai dengan kutipan di atas bahwa ia mampu menerima seutuhnya bagian-bagian dalam dirinya, baik itu berupa citraan ideal atau norma kultural ataupun aspek personal yang dianggap memalukan dan penuh dosa yang berasal dari kehidupan masa lalunya yang berliku.

Sehingga pada akhir proses integrasi personanya, Sinclair hanya perlu mencondongkan diri untuk menjadi manusia yang hidup sebaik-baiknya dengan lebih percaya diri, kuat, dan mandiri tanpa bayang-bayang Demian yang di akhir cerita dikatakan bahwa Demian adalah sang penunjuk jalan Sinclair.


Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan untuk membedah psikologi sastra tokoh-tokoh dalam novel terjemahan Demian: Kisah Dari Masa Muda Emil Sinclair dengan menggunakan teori persona yang merupakan salah satu dari empat konsep struktur ketidaksadaran kolektif dalam jiwa manusia yang meliputi persona, anima-animus, shadow, dan self. Dengan hasil penelitian ini merunjuk pada analisis teori persona dalam novel yang meliputi dua sumber persona, perkembangan persona, transformasi persona, dan proses integrasi persona.

Pertama, hasil dari penelitian dua sumber persona terdapat dua sumber persona yaitu; (1) tuntutan dan ekspetasi lingkungan, (2) ambisi sosial individu dalan kehidupan tokoh Emil Sinclair dan Pistorius yang saling bertentangan. Kedua, perkembangan persona  dalam penelitian diambil dari hal-hal yang dirasakan oleh tokoh utama Sinclair pada masa perkembangan persona-nya yaitu pada periode usia sekolah yang berlangsung sekitar 6-11 tahun dan periode remaja yang berlangsung sekitar usia 11 hingga 18 tahun. Ketiga, dalam penelitian transformasi persona pada tokoh Sinclair dan Demian terdapat perubahan yang besar dalam masa peralihan. Sinclair mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke remaja dan masa remaja ke dewasa, begitupun Demian dari masa kanak-kanak ke dewasanya. Keempat, hasil dari penelitian proses integrasi persona pada tokoh Emil Sinclair yang pada akhir dari prose integrasi personanya ia berhasil dalam mencintai dirinya sendiri dengan menerima citraan ideal atau norma kultural ataupun aspek personal yang dianggap memalukan dan penuh dosa yang berasal dari kehidupan masa lalunya yang berliku.


DAFTAR PUSTAKA

Hesse, Hermann. 2017. Demian: Kisah dari Masa Muda Emil Sinclair. Jakarta Selatan: Mata Aksara.

Stein, Murray. 2019. Jung's Map Of The Soul: an introduction. Yogyakarta: Shira Media.

Nawawi dan Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rafiek, M. 2013. Pengkajian Sastra: Kajian Praktik. Bandung: Refika Aditama.

Rokhmansyah dan Asmarani. 2018. Struktur Ketaksadaran Kolektif Tokoh Utama Dalam Novel The Sweet Sins Karya Rangga Wirianto Putra. Aksara. Vol. 30. No. 2. hlm. 221-236.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. 2009. Human Development. 11th Ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Hildayani, dkk. 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun