Siapakah yang memberimu nilai sehingga seperti sekarang ini? Ayah? Ibu? Kakak? Atau orang lain? Semua orang yang kita temui memiliki nilai dalam dirinya. Begitu halnya dengan kita sendiri, kita sebenarnya memiliki nilai. Tergantung dari nilai apa yang sedang kita aktifkan.
Saya sedang menanamkan nilai keberanian sebenarnya dalam diri saya. Meskipun itu sangat sulit dilakukan. Tapi saya mencobanya sedikit demi sedikit, dan selalu berusaha agar setiap harinya saya bisa mewujudkan keberanian itu. Saya juga seringkali mendapatkan nilai semangat dari orang-orang yang saya senangi. Ya, mereka bukan saja sebagai idol. Tapi tentunya dengan semangat yang mereka tularkan kepada saya. Semuanya punya makna kan?
Minggu lalu, saya belajar tentang nilai di sebuah seminar Living Value Education Programe. Seminar berlangsung selama 16 jam dalam dua hari. Seharusnya dua hari sudah selesai, tetapi karena waktu yang sudah dijalani ternyata kurang dari 16 jam. Panitia memberi kita tawaran untuk melanjutkan seminar pada hari itu, atau pada kamis depan. Dan forum sepakat untuk melanjutkannya pada kamis depan. Karena memang kondisi sudah tidak kondusif untuk peserta mengikuti pemaparan fasilitator.
Living values education adalah seminar tentang pentingnya penumbuhan nilai-nilai. Dikakatakan tumbuh, karena ternyata nilai itu sudah tertanam dalam diri setiap manusia. ketika saya ditanya apa itu nilai, bagi saya nilai adalah semacam pendorong manusia melakukan suatu hal yang positif, juga bagi saya nilai adalah potensi yang Tuhan turunkan kepada manusia.
Saya ingat ketika perkuliahan psikologi agama, bahwa potensi baik buruk itu ada dalam diri setiap manusia. Dan kita diberikan pilihan yang mana yang akan kita aktifkan. Bagaimana pengaktifannya? Tentu saja dengan latihan.
Dari seminar itu sedikitnya saya sadar nilai apa yang harus saya tumbuhkan ketika menghadapi persoalan dalam kehidupan. Ketika menghadapi suatu peristiwa, saya bisa memilih nilai apa yang hendak saya tonjolkan. Ini seperti mudah, tapi rumit sebenarnya. Dan seminar ini terkesan sepele, tapi saya sadari banyak hal yang saya butuhkan ketika menjadi manusia di lingkungan sosial yang nyata.
Sebelum berangkat ke ranah sosial, hal-hal seperti ini tentunya mesti dimulai dari diri sendiri. Seperti, siapakah orang memengaruhi secara postif. Ketika mengatakan hal demikian, tentu saja ada nilai yang kita ambil dari orang tersebut. Dan saya mengambil orang terdekat saya yang memengaruhi saya secara positif yaitu ayah saya, dan nilai yang saya ambil dari beliau adalah keihlasannya. Nilai keihklasan yang ada dalam diri ayah saya, saya ingin agar itu juga aktif dalam diri saya. Jadi ketika dihadapkan dengan suatu peristiwa yang tidak diinginkan, misalnya kehilangan sebuah barang yang kita sayangi. Yang harus saya pilih dalam diri saya bukan penyesalan atau kemarahan, tapi keikhlasan. Alasannya, karena dengan keikhlasan kedamaian akan muncul dalam diri. Dan disana, nilai baru muncul, yaitu kedamaian.
Nilai bukanlah sesuatu yang diajarkan, nilai adalah sesuatu yang ditularkan. Jadi begitulah bahasanya. Saya percaya sih nilai itu sebenarnya ditularkan. Misalkan begini, saya akhir-akhir ini senang sekali nongkrongi boyband Korea BigBang yang sukses menggelar World Tournya. Ke Indonesia juga, saya senang sekali mengintip motivasi apa yang dimiliki oleh leadernya G-Dragon. Ternyata setelah saya amati, dia memiliki nilai semangat tinggi, nilai konsistensi, nilai percaya diri. Nilai itulah yang saya lihat ada dalam dirinya. Karena saya senang kepadanya, maka ia menjadi inspirasi saya dalam mendapatkan nilai-nilai. nilai-nilai yang mesti juga saya tumbuhkan dalam diri saya. Agar saya bisa menggapai mimpi saya seperti apa yang dilakukan G-Dragon. Dan saya sekarang faham, mengidolakan sesuatu itu jangan membabi buta. Karena misalnya kerennya atau hal lain yang tidak ada maknanya bagi kita, tapi kita juga harus melihat nilai apa yang mereka miliki yang bisa kita tiru dan tumbuhkan dalam diri kita.
Saya jadi ingat ketika membaca postmodernisme, dimana orang sudah tidak lagi mengutamakan nilai. Dan mereka bahkan menggunakan barang-barang yang bagi mereka sendiri tidak ada nilainya. Hanya sebagai pemuas kebutuhan dan tentu saja nafsu konsumtif. Dan yang terjadi mereka kehilangan makna dari hidup mereka sendiri.
Di Living Values kita belajar untuk menemukan nilai dari apa yang ada dalam hidup kita. Ketika kita tahu nilai apa yang ada dalam diri kita, kita akan tahu potensi apa yang kita miliki. Sehingga, ketika ingin mewujudkan mimpi kita bisa tahu bagian mana yang harus kita perbaiki agar mimpi itu terwujud. Intinya living values mengajak kita untuk mengenal diri.
Sebenarnya akhir-akhir ini saya sering merenungkan diri saya sendiri, meninjau apa yang sudah saya lakukan dalam sehari. Apa yang harus saya aktifkan dalam sehari-hari. Dan apa yang kurang dari itu. Saya akhir-akhir ini menulis dalam jurnal juga hal-hal yang menyangkut hal tersebut. Meskipun hasilnya saya lebih banyak menilai diri sendiri, dan kadang juga frustasi dengan apa yang belum bisa saya lakukan. Misalnya kejujuran. Nah, dari sana saya tahu apa nilai yang ingin saya tumbuhkan, dan target untuk besok itu apa. Dan target saya untuk hari esok adalah menumbuhkan nilai-nilai kejujuran. Meskipun sedikit, tapi dengan latihan apapun bisa menjadi mungkin bukan?
Begitulah living values (yang saya pahami) bekerja. Ia juga menyarankan agar penumbuhan nilai itu sebelum ditularkan kepada orang lain, kita sendiri harus selesai dengan diri sendiri. Tentu saja kan jawabannya demikian. Karena, sepengelaman saya orang yang memiliki motivasi kuat dalam dirinya akan membuat orang tertular. Saya pernah bertemu dengan orang yang semangat belajarnya sangat tinggi, dia tidak pernah mengeluh ataupun malas-malasan. Atau salah satu group musik yang saya senangi, saya selalu mencari motif dibalik kesuksesan mereka, akhir-akhir ini saya juga senang membaca biografi seseorang, dan ternyata nilai yang ia tumbuhkan adalah semangat untuk berkarya dan konsisten. Itulah berkahnya, saya tidak hanya senang ikut-ikutan, tapi saya juga harus tahu nilai apa yang bisa saya ambil dari mereka.
Beberapa pernyataan di Living values sudah tidak asing bagi saya. Saya mengambil jurusan yang mengedepankan nilai-nilai damai. Living values juga memiliki beberapa emosi dasar yang harus dimiliki manusia, yaitu safe, understanding, love, respect, dan value. Nilai dasar tersebut haruslah dimiliki agar kehidupan damai itu terwujud. Perwujudannya bisa saya katakan dengan teori cermin. Dimana ketika kita ingin dicintai, kita harus tahu bagaimana kita merasa dicintai. Itulah yang harus kita lakukan juga pada orang lain. Orang lain akan merasa dicintai ketika hal-hal yang membuat kita dicintai kita lakukan pada orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI