Mohon tunggu...
Iis Daniar
Iis Daniar Mohon Tunggu... Dosen - Iis Nia Daniar

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pro Kontra Saat Orang Tua Bermedsos Ria

4 Januari 2018   12:32 Diperbarui: 4 Januari 2018   12:42 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Iis Nia Daniar

Acapkali kita melihat dan membaca status atau kiriman  Boardcasting (BC) dari teman-teman medsos. Dari hal-hal yang hanya sekadar kalimat sederhana sampai dengan curhatan masalah yang sedang dilandanya, bahkan postingan-postingan foto yang menunjukkan pelbagai kegiatan, baik kegiatan yang dilakukan pada saat sehat, sedih, maupun sakit. Hal tersebut tidak hanya terbatas pada dirinya selaku subjek pengguna medsos, tetapi juga sering pengguna medsos melibatkan anggota keluarga yang lain: anak, orang tua,dan suami/istri tanpa meminta pendapat terlebih dahulu sebelum memostingnya.

Pelibatan secara "ilegal" oleh subjek pengguna medsos, khususnya anak dalam postingan dapat meninggalkan dampak secara langsung dan tidak langsung pada perkembangan psikologisnya. Pada beberapa anak mungkin apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya dengan postingan tersebut akan membuat ia tampil penuh percaya diri. Namun, tidak menutup kemungkinan pada sebagian anak yang lain, postingan itu justru memurukkan kepercayaan diri si anak.

Meningkatnya kepercayaan diri si anak karena postingan orang tua dapat dilihat semakin "gencarnya" si anak untuk ber-selfi dengan aksi yang beragam. Hal tersebut biasanya banyak dilakukan oleh anak yang berusia 13 tahun ke bawah --dalam artian usia anak-anak--. Usia anak-anak adalah memang masa untuk meniru tindakan dan prilaku. Orang tua sebagai individu yang berada dalam lingkungan pertama sosialisasi anak memberikan teladan bagi anak. Selanjutnya akan memengaruhi penanaman sifat dan sikap si anak.

Anak usia remaja cenderung menjadi malu karena riskan dengan prilaku orang tua yang memosting segala hal. Postingan seperti apa yang dapat membuat si anak "risi"? Postingan yang memuat kalimat-kalimat agak "lebay", 'berlebihan' dan foto-foto yang memuat si anak sendiri, tetapi foto si anak terlihat "jelek" karena pengambilan gambarnya kurang pas.

Keriskanan anak bukan hanya terbatas pada dua hal itu, melainkan juga jika orang tua memosting BC ke grup yang ada kaitannya dengan si anak. Akan tetapi, postingan tersebut tidak ada kaitannya dengan tujuan dibentuknya grup. Jika hal ini sudah terjadi, anak akan hilang kepercayaan dirinya karena malu. Rasa malu yang berlebihan akan menghambat perkembangan EQ (Emotion Quality) yang memengaruhi cara berkomunikasi dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, dalam memosting sesuatu disarankan untuk berhati-hati dan lebih baik  sebelumnya meminta pendapat pada anak serta anggota keluarga yang lain terlebih kalau mereka dilibatkan dalam postingan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun