"Ayah, ayah ...." Seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun bergelanyut di punggung sang ayah.
"Amir udah hafal bulan-bulan hijriah, lho, Ya," lanjutnya.
"Wah, hebat anak ayah. Siapa yang ngajarin? Ibu guru, ya?"
"Bukan, Yah. Amir diajarin sama istrinya ayah. hahaha."
"Bundamu?"
Anak laki-laki itu mengangguk, kemudian bergumam, "nanti kalo adik bayinya udah lahir, gantian Amir yang ngajarin. Biar adik-adik hafal bulan hijriah juga."
"Ayah, Januari sama Muharram itu kakak adik, ya?"
Dahi sang ayah berkerut, matanya menyipit. Sepertinya ia tak paham apa yang dimaksudkan oleh anak laki-lakinya.
"Tahun baru 'kan ada di bulan Muharram sama bulan Januari, Yah. Berarti mereka adik-kakak, ya?"
"Lho, katanya Amir udah hafal bulan hijriah?"
"Iya, dong. Amir hafal!" jawabannya bersemangat.
"Coba sebutin, ayah mau dengerin bulan hijriah yang udah Amir hafalin."
"Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah, Dzulhijjah. Yey, selesai."
"Nah, Januari ke mana? Katanya tadi adik-kakakan sama Muharram?"
"Hmm, berarti mereka kembaran, Yah. Sama-sama bulan di awal tahun."
Seketika sang ayah memanggil istrinya dan meminta untuk memberi penjelasan lebih detail tentang bulan hijriah kepada Amir.
Di masa kini, 19 Agustus 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H