Kemarin kita sempat tertawa bukan?
Disini dibibir pantai dengan suara ombak yang tenang.
Iya kemarin saat pelukmu masih ada untukku
Dan senyum itu masih dapat aku pandang indah terlukis megah diwajahmu
Apakah aku salah dalam berharap?
Apakah kamu orangnya?
Banyak pertanyaan menggantung ragu saat mata kita beradu
Beberapa kali mulutku menggambang untuk berbicara
Tetapi...
Selalu kau tenangkan.
Kembali aku menatap laut didepan itu, lalu kamu juga
Tak lupa tanganmu merengkuhku manja menyurai rambutku yang terbelai angin.
Lihat! Langitnya indah bukan?
Semburat merah malu merekah indah saat matahari menanggalkan sinarnya,
Lalu diufuk timur sana bulan memandang rindu pada sang cahaya itu.
Kemarin suaramu tawamu masih megah ku dengar
Genggaman tangan itu, masih nyaman ku rasa
Lalu tak lupa saat kecupan itu mendarat di keningku, dan peluk yang selalu membekas.
Aku hanya rindu,
Sajak yang berkataÂ
'Bahkan api menjadikannya abu'
Dan aku rasa aku yang menjadi abu diantar kobaran apimu itu.
Abu yang tersiksa membekas, belum siap ku arungkan.
Sayang...
Aku adalah rindu yang tak sampai
Hanyalah debu dan kamu adalah apinya
Dan waktu adalah anginnya.
Denpasar, 24 agustus 2023
-TnameI-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI