Tak lupa tanganmu merengkuhku manja menyurai rambutku yang terbelai angin.
Lihat! Langitnya indah bukan?
Semburat merah malu merekah indah saat matahari menanggalkan sinarnya,
Lalu diufuk timur sana bulan memandang rindu pada sang cahaya itu.
Kemarin suaramu tawamu masih megah ku dengar
Genggaman tangan itu, masih nyaman ku rasa
Lalu tak lupa saat kecupan itu mendarat di keningku, dan peluk yang selalu membekas.
Aku hanya rindu,
Sajak yang berkataÂ
'Bahkan api menjadikannya abu'
Dan aku rasa aku yang menjadi abu diantar kobaran apimu itu.