Keempat adalah pemerintah, permasalahan-permasalahan yang muncul terkait pemerintah yang dikemukakan oleh guru adalah perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap pelaksanaan sekolah inklusi kurang (24.64%), kebijakan terkait pelaksanaan sekolah inklusi belum jelas (21.74%), belum adanya modifikasi kurikulum khusus sekolah inklusi (20.29%), kurangnya pelatihan tentang pendidikan inklusi kepada guru (18.84%), Perhatian pemerintah terhadap tenaga professional yang mendukung sekolah inklusi kurang baik dari segi jumlah dan kesejahteraannya (10.87%), program yang dilakukan pemerintah belum berkelanjutan (2.90%), belum ada lembaga khusus yang menangani pelatihan pendampingan ABK (0.72%).Â
Kelima adalah masyarakat, permasalahan-permasalahan yang muncul terkait masyarakat yang dikemukakan oleh guru adalah minimnya pengetahuan masyarakat terkait pendidikan inklusi dan ABK (41.76%), pandangan negatif masyarakat terhadap ABK dan sekolah inklusi, Kurangnya dukungan masyarakat terkait pelaksanaan inklusi (24.17%).
Selain data di atas permasalahan ekonomi serta infrastruktur juga menjadi kendala bagi pendidikan inklusif atau permasalahan kesejahteraan tenaga pendidik, sehingga minimnya minat masyarakat untuk menjadi guru di sekolah inklusif. Mengaca dari data yang sudah ada tentu kita semua mempunyai peran penting dapat membantu menyelesaikan permasalahan inklusi ini, demi terwujudnya pemerataan untuk semua anak tanpa membedakan individu satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H