Sebenarnya, aku malas menghitung hutang. Karena ada yang darmaji (dahar lima ngaku siji), akhirnya aku catat. Sebenarnya, tanpa dicatat pun, ada chatnya. Chatnya masih ada. Tertulis hari dan tanggal kapan hutang.
Setiap kali buka YouTube, selalu ada iklan Buku Warung bertubi-tubi.
Biasanya, setiap kali ada iklan aku skip. Karena penasaran, aku tergoda.
Setelah diamat-amati, aku tertarik untuk download. Ada aplikasi lain yang sejenis dengan Buku Warung, namanya buku Kas. Dari segi tampilan, Buku Kas lebih menarik. Dari segi fitur, Buku Warung lebih lengkap dan lebih enak.
Rasa malasku tinggi, rasa penasaranku juga tinggi. Rasa malas dan rasa penasaran berpadu. Meski diawal ogah-ogahan, tapi tetap aku lakukan.
Ternyata, rasa penasaranku mampu mengalahkan kemalasanku.
Awalnya, bingung. Aku isi terbalik-balik. Ketik hapus, ketik hapus terus.
Seperti sedang kasmaran, mau ngomong tapi malu, enggak ngomong tapi rindu. Akhirnya, enggak jadi ngomong karena gengsi, takut salah dan takut dinilai.
Kalau Buku Warung itu kertas fisik, mungkin aku sudah coret-coret dan membuang beberapa kertas. Untungnya ini digital. Salah tidak apa-apa, bisa diedit.
Buku Warung bukan hanya berfungsi untuk mencatat penjualan tapi juga bisa buat menagih hutang.
Sebelum dikirim ini, segera lunasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H