Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kupas Tuntas tentang Kesehatan Mental Siswa, Apa, Penyebab, dan Bagaimana Solusinya

8 September 2024   17:08 Diperbarui: 8 September 2024   17:22 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://sesipsikologi.blogspot.com/

Akhir – akhir  ini sering kita dengar tentang istilah kesehatan mental,  Hal ini menggelitik saya untuk membahas permasalahan ini dan menguraikannya secara menyeluruh. Karena kesehatan mental adalah salah satu hal penting yang harus dirawat dan merupakan tanggung jawab bersama baik sekolah, keluarga dan masyarakat.  Kesehatan mental sangat penting untuk siswa karena memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan mereka untuk belajar, berkembang, dan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.

Kesehatan mental adalah aspek yang sering kali terabaikan ketika kita berbicara tentang pendidikan. Banyak yang menganggap bahwa pendidikan hanya sebatas pencapaian akademik, nilai, dan prestasi, namun sebenarnya, kesehatan mental memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan siswa, baik di dalam maupun di luar sekolah.

Apa penyebab menurunnya kesehatan mental pada siswa ? 

Penurunan kesehatan mental siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari lingkungan sekolah, keluarga, dan pengalaman pribadi. Berikut adalah beberapa penyebab kesehaatan siswa menurun :

Tuntutan Belajar yang Tinggi: Kurikulum yang padat, tugas yang berlebihan, dan ekspektasi untuk selalu mendapatkan nilai tinggi dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Siswa sering merasa tertekan untuk memenuhi standar akademik tertentu, yang dapat mengganggu keseimbangan emosional mereka.

 Persaingan yang Ketat: Kompetisi antar siswa, baik secara formal maupun informal, untuk menjadi yang terbaik di kelas dapat menciptakan perasaan tidak aman dan cemas tentang kemampuan diri.

Bullying Fisik atau Verbal: Pengalaman menjadi korban perundungan, baik secara langsung (fisik atau verbal) maupun tidak langsung (cyberbullying), dapat merusak rasa percaya diri dan menyebabkan depresi, kecemasan, atau trauma.

 Diskriminasi atau Pelecehan: Diskriminasi berdasarkan ras, gender, orientasi seksual, agama, atau status sosial juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental siswa.

Perubahan Fisik dan Hormonal: Masa pubertas adalah masa perubahan fisik dan hormonal yang signifikan, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan kestabilan emosional siswa.

 Kesulitan dalam Hubungan Sosial: Tantangan dalam menjalin pertemanan, merasa tidak diterima atau diabaikan oleh teman sebaya, atau menghadapi dinamika kelompok yang rumit dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kesepian, dan kecemasan.

Perbandingan Sosial: Media sosial sering kali menampilkan versi "ideal" dari kehidupan orang lain, yang dapat membuat siswa merasa kurang berharga atau tidak puas dengan diri sendiri.

Cyberbullying: Siswa dapat menjadi korban perundungan online, yang dapat menyebabkan stres, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.

Kurang Tidur: Banyak siswa yang kurang tidur karena tekanan akademik, aktivitas ekstrakurikuler, atau penggunaan teknologi. Kurang tidur dapat mempengaruhi kesehatan mental dengan meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan masalah konsentrasi.

 Kekurangan Aktivitas Fisik dan Waktu Luang: Kurangnya aktivitas fisik dan waktu untuk bersantai atau bersosialisasi juga dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan mental siswa.

 Kekerasan atau Pelecehan: Mengalami atau menyaksikan kekerasan fisik, emosional, atau seksual dapat menyebabkan trauma yang mendalam dan masalah kesehatan mental jangka panjang.

 Kehilangan atau Duka: Kehilangan orang yang dicintai, seperti anggota keluarga atau teman, dapat memicu perasaan duka, kesedihan, dan depresi.

 Ekspektasi Sosial yang Tinggi: Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan sosial tertentu, seperti penampilan fisik, gaya hidup, atau perilaku, dapat menyebabkan siswa merasa cemas, tidak aman, atau tidak puas dengan diri mereka sendiri.

 Identitas dan Jati Diri: Proses mencari identitas dan jati diri, terutama di masa remaja, bisa menjadi sumber kebingungan, kecemasan, dan konflik internal.

Gangguan Mental yang Ada: Beberapa siswa mungkin memiliki kondisi kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan makan yang belum terdiagnosis atau belum diobati.

 Masalah Kesehatan Fisik: Penyakit kronis atau kondisi kesehatan yang serius juga dapat berdampak pada kesehatan mental siswa, terutama jika mereka merasa terbatas dalam aktivitas sehari-hari atau merasa berbeda dari teman-temannya.

Kurangnya Akses ke Konseling atau Terapi: Tidak adanya akses mudah ke konselor sekolah, psikolog, atau layanan kesehatan mental lainnya dapat membuat siswa merasa sendirian dalam menghadapi masalah mereka.

 Stigma terhadap Kesehatan Mental: Rasa malu atau takut terhadap stigma sosial dapat membuat siswa enggan mencari bantuan, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mereka.

Kesehatan mental yang baik merupakan fondasi penting bagi prestasi akademik siswa. Siswa yang merasa cemas, tertekan, atau mengalami gangguan mental lainnya cenderung mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, mengingat informasi, dan menghadapi ujian atau tugas sekolah. Stres dan kecemasan dapat menurunkan motivasi belajar dan membuat siswa merasa tidak mampu menghadapi tantangan akademik. Sebaliknya, siswa yang memiliki kesehatan mental yang baik biasanya lebih fokus, lebih termotivasi, dan lebih mampu menyerap pelajaran dengan baik. Oleh karena itu, merawat kesehatan mental siswa sama pentingnya dengan memberikan mereka materi pembelajaran yang berkualitas.

Kesehatan mental yang baik memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Siswa dengan kesehatan mental yang terjaga cenderung lebih mampu mengelola emosi mereka, membangun hubungan yang sehat dengan teman-teman sebaya, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif. Ini penting untuk perkembangan pribadi dan sosial mereka, karena keterampilan ini akan berguna sepanjang hidup mereka, baik dalam konteks pribadi maupun profesional.

iswa yang mengalami masalah kesehatan mental cenderung lebih rentan terhadap berbagai perilaku negatif, seperti penggunaan narkoba, perundungan, dan tindakan agresif. Mereka mungkin merasa terisolasi, tidak didukung, atau tidak dipahami oleh lingkungan sekitar, sehingga mencari cara lain untuk mengatasi perasaan tersebut. Dengan merawat kesehatan mental siswa, kita dapat mengurangi risiko ini dan membantu mereka membuat keputusan yang lebih sehat serta membangun pola hidup yang lebih positif.

Ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kegagalan atau kekecewaan. Siswa yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung lebih resilient, mampu mengatasi tekanan, dan melihat masalah sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan halangan yang tidak bisa diatasi. Ini adalah keterampilan hidup yang sangat penting, karena dalam kehidupan nyata, mereka akan dihadapkan pada berbagai tantangan dan kegagalan. Merawat kesehatan mental siswa membantu mereka mengembangkan ketahanan ini, membuat mereka lebih siap menghadapi berbagai rintangan di masa depan.

Kesehatan mental yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Stres kronis dan kecemasan, misalnya, dapat menyebabkan gangguan tidur, masalah pencernaan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Sebaliknya, siswa yang sehat secara mental cenderung memiliki pola tidur yang baik, sistem kekebalan yang lebih kuat, dan risiko penyakit fisik yang lebih rendah. Dengan demikian, merawat kesehatan mental siswa juga berarti merawat kesehatan fisik mereka secara keseluruhan.

Kesejahteraan bukan hanya soal kebahagiaan sesaat; ini tentang memiliki keseimbangan emosional yang stabil dan kemampuan untuk menikmati kehidupan dengan penuh makna. Siswa yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung lebih bahagia, lebih bersemangat, dan lebih positif dalam menghadapi hidup. Mereka belajar bagaimana menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, dan menemukan tujuan serta makna dalam kehidupan mereka. Dengan merawat kesehatan mental siswa, kita membantu mereka membangun kesejahteraan yang berkelanjutan dan memastikan bahwa mereka tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia.

Masa sekolah adalah waktu transisi penting dalam kehidupan siswa, dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Ini adalah periode ketika mereka mulai menemukan jati diri, membentuk nilai-nilai, dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Dukungan kesehatan mental yang baik selama masa ini sangat penting untuk membantu mereka melalui proses ini dengan cara yang sehat. Dengan memastikan bahwa siswa merasa didukung secara emosional, kita membantu mereka menghadapi perubahan ini dengan lebih mudah dan mempersiapkan mereka untuk tantangan yang akan datang.

Cara Merawat Kesehatan Mental Siswa

Untuk merawat kesehatan mental siswa, kita harus mengambil pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Sekolah dapat memainkan peran penting dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental ke dalam kurikulum, menyediakan akses ke konselor atau psikolog, serta mengembangkan program yang meningkatkan keterampilan sosial dan emosional. Orang tua juga dapat berkontribusi dengan memberikan dukungan di rumah, menjaga komunikasi terbuka dengan anak-anak, dan memberikan contoh pola hidup sehat.

Penurunan kesehatan mental siswa dapat disebabkan oleh kombinasi faktor yang kompleks, termasuk tekanan akademik, perundungan, masalah keluarga, perubahan sosial, pengaruh media sosial, dan banyak lagi. Penting untuk mengenali tanda-tanda penurunan kesehatan mental dan memberikan dukungan yang memadai agar siswa dapat mengatasi tantangan ini dengan baik. Dukungan dari keluarga, sekolah, teman sebaya, dan akses ke layanan kesehatan mental sangat penting untuk memastikan siswa tetap sehat secara mental dan emosional.

Merawat kesehatan mental siswa bukan hanya penting, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan memberikan perhatian yang layak pada kesehatan mental siswa, kita dapat membantu mereka mencapai potensi penuh mereka, baik di bidang akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya, siswa yang sehat secara mental adalah siswa yang siap menghadapi dunia dengan percaya diri, penuh semangat, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

  1. Alwisol, (2018). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

  2. Hurlock, Elizabeth B. (2016). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

  3. Kemenkes RI. (2019). "Pedoman Kesehatan Jiwa bagi Anak dan Remaja". Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

  4. Santrock, John W. (2020). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

  5. Saputra, M.D., & Juwita, R. (2022). "Kesehatan Mental Siswa di Era Pandemi: Tantangan dan Solusi". Jurnal Psikologi Pendidikan, 34(2), 75-85.

  6. WHO (World Health Organization). (2020). "Adolescent Mental Health". Diakses dari: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescent-mental-health

  7. Gunawan, A. (2019). "Peran Keluarga dalam Mendukung Kesehatan Mental Siswa". Jurnal Ilmiah Psikologi, 15(1), 45-58.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun