Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melirik Pembelajaran Jarak Jauh di Pelosok Desa

5 Februari 2021   21:39 Diperbarui: 6 Februari 2021   06:21 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah kita ketahui bersama bahwa semenjak masa pandemic covid -- 19 dari tahun akhir  tahun 2019  sampai saat ini aktivitas pembelajaran  disekolah dihentikan sementara sampai saat ini. Sehingga para siswa harus belajar di rumah ( BDR ) mulai 16 maret 2020,  hal ini tentunya akan sangat berbeda dengan pembelajaran di sekolah secara langsung. 

Sehingga Menteri pendidikan mengambil kebijakan dengan adanya kurikulum relaksasi atau kurukilum darurat dimana siswa hanya diberikan materi esensial/ pentingnya saja dan pembatasan jam  belajar. Hal ini  pun sesuai dengan konsep meredeka belajar yang baru baru ini digulirkan oleh kementerian pendidikan.

Pembelajaran jarak ajuh atau PJJ di pelosok desa adalah sebuah tantangan tersendiri untuk para guru yang bertugas di daerah tersebut. Tentunya banyak sekali kendala yang dihadapi baik oleh siswa mauapun gurunya. Akan sedikit berbeda dengan kondisi siswa di perkotaan. Lalu kendala apa sajakah yang mereka hadapi ? serta bagaimana cara - cara yang di gunakan oleh guru- guru di daerah agar pembelajaran tetap dilaksanakan dan siswa tetap dapat punya hak belajar dan memperoleh pelajaran dari gurunya ?

dokpri
dokpri
Banyak hal yang menjadi kendala ketika diharuskan PJJ bagi guru - guru di daerah. Katakanlah saya yang mengajar dikelas 6 disebuah desa terpencil di Purwakarta.  

Dimana kelas 6 adalah kondisi urgent karenasiswa akan menghadapi ujian sekolah. Dari satu kelas yang saya ajar beberapa diantaranya  tidak mempunyai perangkat undroid sehingga jelas siswa tersebut tidak bisa mengikuti pembelajaran daring (dalam jaringan). kalaupun siswa tersebut mempunyai alat komunikasi masih tetap belum tentu bisa mengikuti sepenuhnya karena factor jaringan  dan kuota. Walaupun upaya pemerintah sudah sangat luar biasa dalam memberikan bantuan kuota. Akan tetapi hal untuk semester kedua ini belum turun lagi kuota belajar tersebut.

Namun tidak sedikit juga siswa didaerah bisa mengikuti pembelajaran sebagaimana yang dilakukan anak- anak pada umunya, baik melalui media Whatsapp, youtube, google meet, google classroom dan juga zoom meeting. Artinya masih banyak siswa yang bisa mengikuti pembelajran dengan menggunakan jaringan internet, bahkan tak sedkit pula mereka punya kreatifitas seperti membuat video - video pembelajaran .

Lalu bagaimana guru dalam memberikan pelajaran terhadap siswa yang mempunyai keterbatasan  alat komunikasi seperti undroid ? nah beberapa pengalaman guru pelosok yang saya temui seprti salah satu teman saya sendiri.

siswa tetap memperoleh hak belajar dengan mengunjungi ke rumah- rumahnya. Siswa tersebut memperoleh materi pelajaran yang sama dengan siswa yang belajar secara daring. Namun ada satu atau dua orang siswa yang ketika berkunjung ke rumah siswa namun siswa tersebut tidak ada di rumah bahkan orangtuanya pun tidak ada. 

Nah kondisi seperti inilah guru harus betul- betul kreatif agar anak tersbut tetap bisa belajar.  Bahkan saya sendiri tak jarang menitipkan tugas berupa buku materi maupun soal- soal latihan kepada tetangganya, saudara dekatnya. Sehingga ketika dua atau tiga hari kemudian saya bisa mereview tugasnya dan menjelaskan kembali materi pelajaran tersebut. 

Kendalal tersebut hampir sama dirasakan oleh guru - guru dipelosok daerah terpencil, mungkin bisa saja se Indoensia. Dilema sekali memang ,ketika disatu sisi guru harus berekliling ke rumah siswa  untuk mengajar namun dari sisi kepegawean guru harus ada disekolah pada saat jam mengajar. Artinya di sini antara kebijakan dinas atau kementerian pendidikan tidak singkron dengan aturan kepegawean. 

Betapa ini harus kita pahami bersama bahwa tidaklah seorang guru tega menelantarkan anak didiknya selama satu tahun lebih membiarkan anak didknya tidak belajar. Karena seorang guru dan murid ibarat orangtua dengan anaknya. Artinya ada ikatan batin yang kuat antara keduanya. Ketika siswa tidak merespon digrup WA atau pun google calss room, saya akan langsung japri, dan Tanya kenapa ? sakit ? apakah  gak punya kuota ? atau tidak memahami materi pelajaran tersebut ?

Juga sebaliknya ketika siswa responsive belajar aktiv di grup atau pun melalui zoom kemudian tugas- tugasnya diselesaikan saya akan langung berikan penghargaan dengan menyebutnya "kalian hebat" sambil diberiakn emotic love, jem, jempol dan juga pujian- pujian yang lainya. Hal tersebut agar bisa memberikan semangat kepada para siswa agar mau belajar.

Adapun pembelajaran dimasa covid ini, didik purwakarta menggulirkan program "Tatanen" . dalam pembelaran ini berkaitan dengan pendidikan karakter, sehingga siswa tak hanya belajar konsep tetapi belajar secara kontekstual langsung dari apa yang ada dilingkungan mereka, baik alam maupun sekitar rumah dijadikan media pembelajaran. Siswa juga bisa belajar bagaimana merawat lingkungan dengan bercocok tanam, memilah sampah serta mengolah tanah. 

Hal tersebut sebagai bagian dari pendidkan karakter di Purwakarta. sehingga siswa tidak hanya belajar melalui internet, modul dan buku saja tetapi alam adalah sumber belajar. Hal ini sesuai dengan  yang dikatakan Bapak kepala dinas kabupaten Purwakarta yairtu " kelas -- kelas belajar siswa saat ini sudah tidak terhalang oleh tembok -- tembok kelas namun kelas kalian lebih banyak lebih luas, alam sekitar adalah kelas kalian" demikian Pak H.  Purwanto dalam sebuah sambutanya di acara pelatihan guru.

Sejalan dengan digulirkanya kebijakan merdeka belajar dan juga kebijakan Tatanen di disdik Purwakarta, artinya disini siswa belajar bukan hanya dari sumber buku atau juga internet namun alam juga bisa dijadikan sumber belajar bahkan siswa membantu orangtuanya  di lading atau di pasar saja itu adalah sedang persoes belajar. Jadi tidak ada istilah siswa tidak belajar. Namun jika siswa ditanya sekolah tidak ya pasti jawabanya akan "tidak" . karena memang  iya tidak belajar disekolah karena aturan pemerintah tidak boleh ada kegiatan belajar  tatap muka disekolah. kenati demikian belajar siswa masih harus jadi prioritas utama.  Apa pun mondisinya, siswa tetap punya hak untuk mendapatkan pelajaran, namun kembali lagi seorang guru harus tersu kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar materi pelajaran bisa tersampaikan.  

solusi yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan membuka kembali tatap muka untuk pembelajaran disekolah khususnya daerah pelosok pedesaan. akan tetapi tetap denga meperhatiakan protocol kesehatan dan juga pembagian jadawal mengajar agar tidak terlalu banyak siswa disekolah.  siswa tetap bisa belajar sekali pun dalam seminggu hanya beberapa kali pertemuan.  kemudian hampir di semua sekolah masih ada guru yang merangkap sebagai bendahara, nah hal ini sangatlah mengganggu kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengajar  karena tugas bendahara sangat menyita waktu. sehingga kegiatan belajar sedkit banyak akan terganggu juga. maka dari itu pemerintah daerah mapaun pusat hal ini harus menjadi sebuah catatan dan kemudian ditindaklanjuti yaitu dengan mengirimkan pegawai yang khusus mengurusi keuangan sekolah.  Agar hak anak untuk belajar tidak terganggu dan guru tidak mempunyai tugas ganda. 

IIP SYARIP HIADAYAT

PURWAKARTA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun