Pada pengujung tahun 2018, kami para PNS sebanyak 16 orang akan segera habis kontrak di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, sehingga menjelang berakhinya kontrak kami di SIKK kami pun sudah diberikan kelonggaran tugas mengajar.Â
Beberapa dari kami dikirimkan membantu sekolah CLC ( Comunity Learning Center ) terdekat denga SIKK yaitu CLC Hanim. Disana kami diperbantukan.
Karena banyak waktu luang, kami pun selain mengajar di CLC hanim, ada beberapa yang ngeround ke beberap CLC di kota Kinabalu selain itu kami pun merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Brunei sekdar untuk mengetahui keadaan Negara yang terkenal dengan syariat islam dan religinya.
Negera Brunei kebetulan merupakan Negera terdekat dari Kota Kianbalu, dengan melalui jalur darat hanya membutuhkan waktu tempuh 6 jam saja itu pun dengan kecepatan 80 km/ jam.
Dengan berbekal SIM Â internasioal saya dan beberapa teman memberanikan untuk menyewa mobil untuk pergi kesana. Â Ada hal menarik ketika diperjalanan.Â
Ketika pergi ke Brunei lewat jalur darat , kami harus keluar dari Sabah , kemudian masuk ke Sarawak dan masuk Brunei kemudian masuk lagi sarawak lalu masuk lagi Brunei kota. Setiap keluar masuk itu passport kami harus di cap ( cop bahasa Malayisa).
Karena tidak tahu, ketika keluar Sabah dan masuk ke sarawak, kami pun langsung keluar begitu saja tidak di cap sehingga ketika sudah mau memasuki Brunei passport kami tidak ada cap Sarawak, sehingga kami pun harus balik lagi ke pintu masuk Sarawak itu menempuh waktu 2 jam, waduh... ya mau tidak mau kami harus balik lagi ke pintu keluar Sabah.
Memasuki kawasan perbatasan Brunei kota, waktu itu  sudah menjelang magrib, kami pun menginap di hotel yang ada di Limbang yaitu wilayah perbatasan sarawak dengan Brunei kota. Sekalian istirahat untuk melanjutkan perjalanan besok harinya.
Ketika esok harinya kami melanjutkan perjalanan yang kebetulan hari itu hari jum'at sehingga toko- toko tutup dan aktivitas lainya pun  di liburkan, sayup- sayup terdengar suara alunan Al -- quran dari suaru -- surau.  Â
Susasana kota terlihat tertata sangat rapi bersih, hampir tidak ada motor dan tidak ada macet. Negara kecil yang penduduknya sangat terlihat sangat sejatera.Â
Telihat dengan tidak adanya rumah- rumah kumuh dan pengemis dan rata- rata mempunyai mobil produksi jepang agak berbeda dengan Malaysia yang punya brand mobil sendiri kalau Brunei menginfor dari negera- negara maju lainya.