Mohon tunggu...
iin soviyanti
iin soviyanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jawa di SMKN 1 Banyudono

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ritual Sebar Apem "Keong Mas" di Pengging

23 Juni 2023   07:48 Diperbarui: 23 Juni 2023   08:09 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ritual (Iin Soviyanti)

Daerah Pengging merupakan kawasan wisata yang berada 10 km di timur pusat Kota Boyolali. Banyak tempat daerah Pengging yang dijadikan tempat wisata atau bermain dan tempat kuliner. Baagi siapaun yang berwisata daerah Pengging pasti tidak akan melupakan jajanannya yaitu kuliner daerah Pengging. Selain dijadikan sebagai tempat wisata dan tempat kuliner, daerah Pengging juga memiliki kebudayaan dan ritual yang masih terpelihara, dari ritual mencari berkah di makam Yosodipuro, kungkum malam Jumat Pahing di umbul hingga ritual sebaran apem "keong mas". Ritual ini dilaksanakan oleh orang-orang tertentu karena dipercaya akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Selama melaksanakan ritual, tentunya hati dan pikiran harus jernih agar imannya semakin kuat dan percaya kepada Allah bahwa Allah SWT Maha Esalah yang memberikan kehidupan, rejeki dan kita kembalipun atau mati hanya kepada Allah SWT.

Ritual merupakan bagian dari budaya dari para leluhur yang secara turun temurun selalu dilaksanakan tanpa mengurangi nilai-nilai luhur. Kebiasaan yang diulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga kebiasaan ini dilestarikan. Seperti halnya ritual sebar apem daerah kawasan Pengging, Banyudono, Boyolali. Ritual ini dilakukan melalui beberapa prosesi, apabila dari proses awal hingga akhir berjalan dengan lancar dan baik maka ritual ini dinilai akan membawa berkah dan manfaat bagi orang Pengging.

Ritual sebar apem "keong mas" dilakukan oleh masyarakat Pengging di bulan Sapar akhir. Tujuan dilakukan sebar apem "keong mas" ini adalah warga berharap mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Apem ini merupakan kue yang terbuat dari tepung beras yang dikukus dalam cetakan. Para warga antusias dalam membuat kue apem, sehingga jumlah kue apem ini tidak hanya ratusan melainkan ribuan. Apem yang sudah dibuat warga kemudian dikumpulkan di halaman Kecamatan Banyudono guna disusun seperti gunungan. Ada dua gunungan kue apem yang tingginya sektiar 1,5 meter yang akan dikirab warga.

Berikut prosesi kirab ritual sebar apem "keong mas" daerah Kawasan wisata Pengging Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali:

Prosesi kirab diawali dengan para warga dan tamu undangan berkumpul di pendhapa Kecamatan Banyudono untuk melakukan pemanjatan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin oleh para ulama. Diadakannya doa bersama ini berharap agar pelaksanaan kirab sebar apem "keong mas" dapat berjalan lancar dan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah doa bersama selesai, dilanjutkan kirab budaya dari halaman Kantor Kecamatan Banyudono, Boyolali menuju halaman Masjid Ciptomulyo. Kirab budaya yang ditampilkan berbagai jenis budaya daerah sekitar, misal tarian jaran kepang. Proses kirab budaya juga diiringi oleh tiga ekor kerbau bule Kiai Slamet dan para prajurit Kasunanan Surakarta, serta tokoh masyarakat yang mengenakan pakaian adat Jawa.

Disusul dua gunungan apem "keong mas", yang dikawal barisan prajurit keraton Kasunanan Surakarta. Dua gunungan apem akan disebar di dua tempat, yaitu di pasar Candirejo atau alun-alun Pengging dan halaman masjid Ciptomulyo. Pasar Candirejo kini telah berubah menjadi alun-alun Pengging, dimana alun-tersebut masih memiliki nilai budaya yang tinggi. Di bagian selatan alun-alun masih terdapat petilasan candi atau yoni yang masih dihormati dan dijaga, bahkan tidak ada warga satupun yang berani memindahkan petilasan tersebut. Namun hal ini, tidak menghalangi warga untuk tetap melaksankan kirab apem. Selama proses kirab apem, baik warga sekitar maupun warga pendatang tetap saling menghormati dan menghargai lingkungan sekitar.

Di belakang dua gunungan apem "keong mas", ada sejumlah seni budaya lokal dan terakhir paguyuban Tari Reog desa setempat. Pemain tari reog merupakan warga setempat yang sudah terlatih dan handal dalam melakukan tari reog, sehingga banyak warga yang rela berdesak-desakan untuk menonton tarian ini.

Sesampai di alun-alun Pengging, dua gunungan apem akan berpisah karena gunungan apem yang kedua masih lanjut untuk dikirab sampai di Masjid Ciptomulyo. Di alun-alun Pengging banyak orang yang sudah bersiap-siap untuk meraih apem. Apem ini disebar dari panggung yang tingginya sekitar kurang lebih 3 meter. Banyak warga yang berebut untuk mendapatkan kue apem tersebut, karena hal ini dipercaya bahwa mereka akan mendapat berkah, rejeki dan tanah yang subur.

Ritual sebar apem kukus keong mas bermula dari jaman Raden Ngabei Yosodipuro, saat pemerintahan Pakubuwono II. Yosodipuro merupakan seorang pujangga sekaligus ulama yang menyebarkan agama Islam di wilayah Pengging. Dulu terjadi "pagebluk" atau wabah hama tanaman padi yang menyerang sawah para petani. Hama tanaman padi yang muncul sangatlah banyak, sehingga para petani tidak ada yang panen padi. Karena kearifan lokal dan budaya, para petani mohon petunjuk ritual kepada Raden Ngabei Yosodipuro. Beliau memberikan petunjuk untuk mencari keong emas sebanyak-banyaknya kemudian disebar ke sawah-sawah. Ritual sebar keong mas ini mengakibatkan para petani berhasil memanen padinya. Para petani merasa senang kemudian melakukan syukuran dengan menyebar apem keong mas yang merupakan tanda syukur dan kemakmuran warga sekitar.

Ritual sebar apem "keong mas" ini masih dilakukan oleh warga Pengging hingga saat ini. Prosesi kirab tetap dilaksanakan dengan baik dan saling menghormati satu sama lain guna mencapai tujuan bersama yakni mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa ritual yang dilakukan oleh warga Pengging ternyata menarik perhatain orang luar untuk memperhatikan dan mengamati ritual tersebut serta menikmati tempat wisata yang disuguhkan oleh Pengging.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun