Mohon tunggu...
Iin Rismawati
Iin Rismawati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Mahasiswa Mulai mencintai kopi dan puisi Berkawan dengan arwah kelaparan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memandang Langit

11 Februari 2019   22:55 Diperbarui: 11 Februari 2019   22:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

memandang langit melipat rembulan di dada malam kelam

aku mencecap pahit kenangan dengan lidah melelerkan air liur

sebab tak dapat kuraih langit harapan dengan tangan dendam

aku melihat bintang di depan mata, ingin kuraih

kugenggam erat, menyimpan dalam jiwa penuh luka

agar cahayanya menembus gelap harap

dan nyeri. sembari memandang langit dengan mata lara

aku gelap bersama bintang yang redup. serupa burung

yang pulang ke sangkar, akupun terbang menyusuri jalan pulang

sayapku berat karena penuh beban kehidupan

namun di sangkar itu masih ada kau, Bu

menyambut dengan mata jiwa yang bahagia

tak terkira, merengkuh tubuhku

penuh keluh sembari berbisik,

"esok kan ada matahari nak, tersenyumlah."

Iin Rismawati

November 2018

di sudut kamar sunyi berselimut kerinduan

Puisi ini termuat dalam antologi Babu Tetek, sebuah antologi puisi dari 38 pecinta puisi di Ponorogo dalam rangka memperingati hari Ibu.

Salam puisi bertubi-tubi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun