semesta mempersembahkan sejuta do'a untukmu, Bu
sorot matamu menyimpan aroma duka. seringkali
kau tutupi dengan senyum getir, ada memar
di hati yang nanar. memancar. bergetar
guratan halus di wajahmu adalah saksi tanpa nyawa
yang menjelma langit senja, kegelapan datang menyapa
hingga kau tertidur dalam selimut duka, hangat
menyayat jiwa ringkih tanpa pamrih
satu kata, dua kata, tiga kata sampai berjuta kata
dari bibirmu penuh makna tentang kehidupan
masuk ke telinga, membekas dalam jiwa
mengalir dalam darah. merah
jemari kasarmu terasa lembut seperti sutera
tersebab kasih cinta tiada tara, terajut menjadi doa
untuk anakmu tercinta, waktu memakan usia
hingga aku tersadar kau mulai renta merana
hingga suatu ketika surga menantimu
meminta kau datang ke taman cinta indah
memesona, menawarkan sejuta bahagia
meninggalkanku di dunia fana. duka
kau tersenyum, langit menangis,
pohon menangis, daunnya menangis,
batangnya menangis, rantingnya menangis
aku menangis tersedu, pilu, semesta berdo'a
November 2018
di sudut kamar sunyi berselimut kerinduan
Puisi ini termuat dalam antologi Babu Tetek, sebuah antologi puisi dari 38 pecinta puisi di Ponorogo dalam rangka memperingati hari Ibu.
Salam puisi bertubi-tubi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H