Posisi Candi Jawi yang menghadap ke timur, membelakangi gunung Penanggungan, menguatkan sebagian pendapat para ahli bahwa candi ini bukan tempat pemujaan, karena candi menurut pada umumnya untuk peribadatan dan menghadap ke arah gunung.Â
Tempat bersemayamnya para dewa, sebagian  para ahli yang lain tetap menyatakan bahwa Candi Jawi adalah tempat pemujaan. Candi Jawi tidak menghadap gunung karena  pengaruh dari Agama Budha.
Terdapat cerita tentang pertapa perempuan, pahatan yang rumit dan ada binatang yang bertelinga panjang, sekarang candi dalam keadaan kosong pada lingganya yang ada yoni yang sudah di selamatkan.
Ada arca di dalamnya dan di dinding candi di hias dengan relief yang isinya masih jadi perdebatan yang harus di baca degan menggunakan teknik prawija dengan membaca berlawanan dengan arah jarum jam, ada juga yang beranggapan harus menggunakan prada shima yaitu cara membacanya dengan searah dengan jarum jam.
Relief pada dindinng candi menerangkan 4 area wilayah di sekitar candi.
Berdasarkan sejarah dengan acuan Kitab Negarakertagama Pararaton Raja-Raja dan cerita rakyat real dari rakyat (namun referensinya tidak ada). Candi Jawi adalah peninggalan era Singosari Ken Arok (masa terakhir pemerintahan Raja Kertanegara).
Candi ini adalah identik sarana pendermaan (mensucikan diri) atau pawitra, Raja Kertanegara abunya diletakkan di 3 tempat yakni Candi Jawi, Candi Singosari, dan di larung ke laut.
Pengaruh agama dualisme yaitu agama Budha dan Agama Hindu, dimana Budha yang paling atas, yang seperti klenteng, terukir dengan relief lingkar depan ke kanan (searah jarum jam). Memiliki dua versi agama dalam cerita.
Menurut versi Hindu adalah bertemunya Pangeran Sutasoma dengan seorang putri (menurut pakar sejarah), bahwa cerita tentang relief belum selesai. Peradaban candi ini masih lengkap atau asli, sudah berulangkali di rehab, setelah Kertanegara di jaman Majapahit berkontribusi,  Kolonial Belanda mengkontruksi ulang pada tahun 1983-1941, kemudian di kontruksi ulang pada tanggal 1-12-1975 sampai dengan 30-06-1980. Pada tanggal 17-02-1982 di rsmikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia  Bapak Daoed Joesoef.
 Pada bangunan Candi Jawi ada batu berwarna  merah yang berfungsi mengunci  sisi-sisi yang lain, batu  hitam andesit (batu kali yang dapat mudah dipahat) dan di kelilingi batu putih yang didatangkan dari Madura (Raden Kertanegara pernah singgah di Pulau Madura) dan dihiasi kalamakara (dewa raksasa) dan diapit oleh dua orang bidadari, sedang di Jawa Timur di sebut betorokolo, di depan candi Jawi ada bangunan candi yang sudah rubuh, di sisi kanan kiri ada candi perwara (anak candi besar).
Candi dihiasi dengan tembok keliling yang berfungsi menahan banjir dan longsor, dan parit lingkar yang berfungsi untuk menampung air dari atas dan menahan getaran dari luar, kemudian pada masa Majapahit berubah menjadi batu bata, di depan (bagian barat) bangunan candi yang sudah tidak utuh, bernama bentar artinya kembar, mengapa di biarkan rusak? karena tidak ada gambarnya, dan  takut salah sehingga menyimpang dari sejarah.