"maaf, kalau gak gitu kamu bangunnya suka susah, nanti kalau kita terlambat kita tak bisa menyaksikan matahari terbit ... rugi lho ...!" sahut Dhani dengan alasan yang tepat.
Perjalanan terasa lama dan berat (mungkin kami sudah mulai lelah) karena medan yang kami lewati berpasir dan menanjak.
"Bal ... masih jauh kah ...?" tanya Araya sambil berjalan di belakang ku.
"sebentar lagi ..." sahutku sambil berjalan terus tanpa menoleh.
"ayo semangat semua ...kita jangan sampai keduluan matahari" sambil aku acungkan jempol (tanpa menoleh juga).
Di gelapnya malam kami terus berjalan menuju puncak sampai kami melihat warna kuning keemasan dari ufuk timur, lautan awan yang menakjubkan, dan pemandangan pantai selatan yang indah kami tertegun, dan berteriak "Allahu Akbar, kita berhasil", kami bersujud sebagai tanda syukur kita, karena tanpa campur tangan Allah, kita tidak akan sampai dan menikmati anugerah ini.
Araya mengibarkan bendera merah putih dengan tongkat kayu, Â lalu kami menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dengan bangga, dan tetesan air mata.
Dari perjalanan pendakian ke Gunung Semeru ini, aku merasa mendapatkan teman baru serta arti dari sebuah persahabatan, kerja keras, kesabaran, tekad yang kuat, dan juga rasa syukur. Terima kasih atas karunia-Mu yang sudah memberikan kesempatan kepada kami, terimakasih buat orang tua yang sudah memberikan ijin dan kepercayaanya kepadaku, dan kepada semua sahabatku, semoga kita bisa menaklukkan kembali bukit dan gunung berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H