Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintamu Tak Pernah Setengah Hati

22 Desember 2021   05:23 Diperbarui: 22 Desember 2021   05:26 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku seorang gadis remaja, sejak kecil tumbuh dan hidup tanpa seorang ibu, karena ibu sudah kembali ke pangkuan Sang Maha Pemilik. Aku menyadari bahwa apapun ini yang terbaik, Tuhan mengambil dia lebih cepat agar aku menjadi seorang wanita yang kuat, dan tegar yang bisa menjalani berbagai penomena dan problematika hidup.

Di setiap sore, aku biasa gobrol sama Bapak di teras rumah. Bapak bertanya dengan suara yang penuh pengharapan.

"Teh, teteh (panggilan mbak atau kakak perempuan dalam bahasa Sunda) kan sudah besar dan sudah mulai dewasa, bolehkah Bapak bertanya?".(dengan suara yang perlahan tapi pasti).

"Boleh Pak!". sahutku agak penasaran (sambil duduk merapat ke samping Bapak).

"Teh, bolehkah bapak menikah lagi?"

Terhenyak aku dalam diamku, aku menghela nafas, dan aku hanya bisa bilang,

"Nanti teteh pikirkan dulu" sahutku datar dan bingung.

"Ya teh, tolong dipikirkan lagi ya teh", sahut bapak perlahan dengan penuh harapan.

Sejak obrolan sore tadi, masih terdengar jelas harapan Bapak. Ini memang sulit, ketika aku harus berbagi kasih sayang Bapak dengan wanita lain, dan menggantikan posisi mamaku dengan dia. Satu sisi aku juga berpikir, kasihan Bapak yang sudah menemani hari-hariku sampai melupakan kalau Bapak membutuhkan seseorang untuk menjalani hari-hari tuanya, apalagi sebentar lagi akan pensiun.

Perasaan itu bergejolak dalam jiwaku, antara mengizinkan atau melarang Bapak untuk menikah kembali. Semalaman aku tak bisa memejamkan mata sekejap pun, aku gelisah, aku bingung, seakan aku akan kehilangan Bapak untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun