Dahulu saya sering berpikir, kenapa banyak perempuan yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk melukis alis. Bahkan banyak di antaranya yang merasa tidak percaya diri dan menolak keluar rumah apabila dandanannya tidak menyuguhkan sajian alis yang paripurna.
Hingga kemudian terjadilah pandemi. Semua mahluk berjenis manusia terutama yang memiliki aktivitas di ruang-ruang publik diwajibkan untuk memakai masker demi menghindari penularan dan penyebaran virus Covid 19 yang kondang di seluruh dunia selama 3 tahun terakhir.
Sebagai konsekuensinya, tentu saja bagian wajah selain mata harus rela disembunyikan di balik masker.Â
Hal ini lah yang kemudian menjadi salah satu pemicu bagi saya untuk mulai menonjolkan riasan agar tetap bisa terlihat mengintimidasi manusia lainnya tanpa mengabaikan protokol kesehatan tentu saja.
Maka, riasan mata adalah sebuah keniscayaan. Saya, yang satu dekade terakhir ini sudah melupakan make up kembali bersemangat.Â
Pilihan pertama adalah memakai maskara yang didukung dengan penggunaan eyeliner. Namun apa mau dikata, ternyata kombinasi ini tidak cocok buat saya.Â
Maskara membuat mata saya yang gampang alergi menjadi teriritasi sempurna, dan pengaplikasian eyeliner yang membutuhkan ketelitian sangat tidak pas dengan tangan saya yang cenderung mudah tremor ini.
Mau tak mau, saya pun mencari alternatif lainnya. Perona mata alias eyeshadow menjadi pilihan selanjutnya. Tidak begitu masalah pada awalnya, tapi kok setelah saya pikir-pikir, warna-warni cantik eyeshadow yang saya pakai, nggak terlalu kelihatan karena tertutup dengan kacamata tebal minus enam.
Akhirnya, melukis alis menjadi pilihan terakhir. Sehari dua hari, saya tidak merasakan banyak perubahan berarti selain alis saya yang jadi kelihatan ada. Tetapi setelah menjadi kebiasaan rutin, ternyata banyak manfaat yang saya peroleh dari kegiatan ini.Â