Syahdan di sebuah kota hiduplah seorang guru beserta dua orang muridnya. Dilihat secara sepintas, tidak ada yang terlalu mencolok dari mereka. Sang guru berperawakan kurus dengan tinggi badan rata-rata. Hanya saja dia punya ciri khas utama yaitu rambut plontosnya. Entah siapa nama aslinya, tapi orang-orang di sekitarnya cukup memanggilnya dengan Babeh.
Sebenarnya babeh bukanlah seorang pendekar sakti mandraguna seperti sinto gendeng gurunya wiro sableng, tapi karena pandai meramal dan membuat ramuan herbal serta kemampuan dalam pengobatan alternative, membuatnya tersohor dan dicari banyak orang. Satu lagi hal yang membuat babeh makin laris dapat orderan adalah keahliannya mengusir mahluk kasat mata, mulai dari kuntilanak, kuntimama, tuyul, mbakyul, setan-setanan hingga cabe-cabean.
Suatu ketika, Babeh dapat panggilan ngusir setan di sebuah rumah di pinggiran kota. Letaknya yang cukup jauh membuat babeh memutuskan untuk mengajak dua murid kesayangannya Aje dan Jepe. Maklum, babeh sudah berumur dan sering kumat encok, jadi sewaktu-waktu penyakitnya kambuh, sudah ada dua ajudan yang siap sedia menolongnya.
***
Ternyata ritual uka-uka memakan waktu lebih lama dari perkiraan, walhasil babeh baru bisa rampung bekerja saat malam sudah terlalu larut. Tentu saja jam segitu angkutan umum sudah tak lagi beroperasi. Maklum lah, meski babeh sudah terkenal tapi dia tetap sosok bersahaja sehingga kemana-mana mesti pakai angkutan umum.
Demi ingin sampai rumah sebelum pagi, babeh pun memutuskan pergi keluar gang sendiri untuk refreshing sambil mencari taksi (jaman segitu belum ada yang namanya ojek online cyn). Dua muridnya yang sebenarnya agak penakut dibiarkan tinggal dan mengobrol dengan tuan rumah.
Sambil menunggu taksi lewat, babeh duduk-duduk santai di pinggir jalan sambil sesekali bersiul. Belum selesai siulannya, datanglah sosok mbak langsing berbaju putih dengan rambut panjang terurai. Mbak yang terlihat ndak biasa itu perlahan menghampiri babeh yang masih saja duduk santai. Pas mbaknya sampai di depan babeh, ia pun melemparkan senyum manisnya sambil melepaskan tawa khas “hihihiihihihihi!!!!!”. Babeh yang merasa terhibur dengan atraksi mbaknya malah cuman nyengir-nyengir gak jelas dengan tingkat keseraman yang lebih parah (bayangkan sosok gundul ceking duduk sendiri malam-malam dan nyengir pulak).
Mbak kunti yang merasa dicuekin kemudian menghilang. Babeh masih saja nongkrong menunggu taksi yang tak kunjung datang. Tiba-tiba dari arah menghilangnya mbak kunti datanglah sosok tinggi besar hitam dengan wajah yang jauh dari rupawan, sosok berbau menyengat itupun mendekati babeh dengan tingkat kepercayaan diri yang luar biasa. Namun apa daya, babeh hanya menatap nanar pada sosok yang sama sekali ndak enak dilihat itu.
Serangan kedua gagal, mahluk lain tak mau menyerah begitu saja. masing-masing memperlihatkan dirinya dengan akting dan kemasan yang meyakinkan, dari jerangkong, pocong, sosok manusia yang meleleh tak karuan, simbah-simbah yang dadanya bolong, anak kecil yang kepalanya terbalik sampai penampakan hewan-hewan yang wagu dan nggilani. Namun parade tengah malam itu malah dinikmati babeh dengan senyum dan tepuk tangan gembira seolah dia sedang nonton karnaval tujuhbelasan hingga lupa tujuan awal nyegat taksi.
Merasa semua usaha terbaik mereka -yang bahkan juri Oscar akan mengakuinya- sudah gagal total, maka tak ada hal lain yang bisa dilakukan semua penampakan itu kecuali kabur sambil menahan pipis dan tentu saja menahan malu. Harkat, martabat, harga diri dan kehormatan mereka telah dilecehkan oleh mahluk wadag bernama manusia, membuat pimpinan mereka tidak tinggal diam. Di saat yang sangat krusial itulah dia datang, dengan pakaian kebesaran etnis tertentu (gak usah disebut aja ya ntar daripada dikira menyebar kebencian) ia pun mendatangi babeh.
Tanpa intro panjang lebar, sang raja mengeluarkan serentetan kata pisuhan dalam sebuah bahasa (lagi-lagi ndak perlu saya sebutkan) yang jika diterjemahkan pokoknya ndak enak banget. Ia menyalahkan kenapa babeh sama sekali ngga takut dan tidak menghormati apa yang sudah anak buahnya lakukan. Babeh yang memang paham sepenuhnya dengan apa yang ia hadapi pun tersenyum dan menjelaskan bahwa ia sudah biasa melihat hal-hal yang lebih heboh daripada parade mereka barusan. Babeh malah sempat-sempatnya mengulungkan tangan buat ngajak salaman yang tentu saja ditolak oleh pimpinan setan. Tanpa ba bi bu, sang leader pun segera menghilang dari pandangan, menyisakan babeh yang tertawa terbahak dengan penuh semangat.
Dan dengan semangat yang terlalu berlebihan itu pulalah, tanpa sadar encok babeh kumat.
“Ajeee….Jepe….tulungggg!!!!!!”
***
Ahh....kepercayaan diri yang terlalu memang ndak baik buat kesehatan. Bahkan terkadang setan pun lebih koplak dari manusia, selamatttttttt :D
------00--------
*kisah diambil dari pengalaman pribadi seorang kawan. Pemelintiran nama dan lokasi kejadian sengaja dilakukan untuk menghindari ancaman hukuman ITE. Dilarang keras untuk protes. Sekian dan terima hadiah utama, makasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H