Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HORORKOPLAK] Nyapu Malam-malam

9 Januari 2017   14:34 Diperbarui: 9 Januari 2017   17:27 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“In, kamu cepetan buang sampahnya ini ke depan, terus beresin tikar sama karpet yang di ruang tamu. Semua digelar yang rapi ya nanti keburu pada datang” suara ibu terdengar dari arah dapur dengan iringan backsound wajan yang berkelahi dengan sutil kayu dan desisan minyak panas yang bergelut bersama irisan cabe, bawang beserta kambrat-kambratnya.

“enggih, ntar lagi” hanya itu jawaban suara cempreng dari arah ruang tengah.

“In, cepetan sekarang jangan nanti-nanti donk” kembali Ibu mengeluarkan aba-aba dengan sedikit penekanan intonasi dan menaikkan kunci nada dasar.

“siyaappppp!!!” secepat kilat iin berlari ke belakang, memasukkan sampah ke dalam plastik besar, menalikan kedua kupingnya dan secepat kilat menghilang dengan ajian ngglundhung yang super ampuh.

***

“sampahnya mpun beres , terus tadi apalagi ya?” tiba-tiba saja mahluk kucel itu sudah muncul di samping ibu yang sedang menuangkan masakan entahlah ke dalam mangkok-mangkok besar.

nah kan, makanya to kalau Ibu ngomong itu didengerin, baru juga lima menit yang lalu kamu udah lupa, gimana coba kalau hidung kamu gak nempel pasti juga ketinggalan terus” oke, komentar yang gak pas dengan kontennya memang terkadang muncul kalau ibu lagi gemes.

“yeee….gak mungkin lah bu’, kalau hidung sih gak bakal lupa nempel, kan lemnya permanen” sahut iin sambil pegang hidung yang memang hanya kelihatan kalau dilihatnya dari jarak dekat.

“itu nduk, karpet sama tikarnya buruan digelar”

“oh….baeklah” seperti biasa iin pun segera melakukan aksinya dengan semangat tinggi, penuh dedikasi, tanpa provokasi dan saling benci seperti derita mahluk manusia masa kini.

***

Langit sudah meremang, matahari segera turun menuju peraduan. Seasaat sebelum kumandang adzan maghrib mengalun dari masjid, iin sudah selesai menunaikan orderan ibu. Sambil cengar-cengir melihat hasil kerjanya yang tumben rapi, iin keluar untuk menyapu pekarangan samping yang tiba-tiba dipenuhi oleh rontokan daun belimbing atas inisiatifnya sendiri.

Di tengah acara menyapu, tiba-tiba datanglah simbah putri yang kemudian berkata “in, nyapunya itu besok saja, sudah gelap ora ilok, nanti juga ndak bersih”

Iin yang sedang dalam euphoria dan berbangga dengan pikiran lantipnya sendiri pun langsung menjawab dengan penuh percaya diri

“tenang mbahyi (panggilan akrab untuk mbah putri) , tetep bersih koq, kan ada lampunya tuh” kata iin sambil tangannya menunjuk ke arah lampu neon

“dasar bocah ngeyelan, moga-moga mbesuk dadi jaksa” gerutu simbah sambil berlalu.

“emang jaksa harus ngeyelan ya, mbah?” iin bertanya dengan nada menggoda, simbah hanya tersenyum sambil berbalik dan perlahan menghilang di balik pintu paviliun samping rumah meninggalkan iin yang masih cengingisan gak jelas.

***

“bu’ lapor!! semua beres, karpet mpun rapi, baki isi aqua sama jajanan juga udah ditata, halaman samping malah tadi tak sapu lagi lho sekarang iin mau mandi” lapor iin pada Ibu yang sudah bersiap di ruang tamu

“iya, ibu’ tahu koq, makasih nggih” jawab ibu senang

“oh ya bu’, tadi mosok to iin dibilang ngeyelan sama mbahyi gara-gara nyapu pelataran malam-malam”

“mbahyi, kapan?” ibu hanya menjawab singkat dengan dahi sedikit berkerut

“ya barusan pas nyapu tadi, terus mbahyi gak tahu ngedumel apa sambil masuk ke paviliun sebelah gara-gara iin ngeyel terus hehehe”

“ya udah sekarang cepetan mandinya, abis itu sholat maghrib lho ya jangan ditunda keburu isya, terus bantuin ibu siapin gelas buat the anget” ibu kembali full order

“beres lah” dan iin pun bergegas pergi sambil masih cengar-cengir

***

Hari itu adalah hari peringatan (kalau ndak salah) 40 atau satu tahun meninggalnya mbahyi, dan iin memang cucu kesayangan yang selalu ngajak berantem tiap hari karena kengeyelannya semasa beliau masih sugeng. Semoga mbahyi mendapat tempat yang terbaik disisi Allah SWT, aamiin.

------------------------------------

Dirgahayu Koplak Yo Band yang ke5, semoga makin berjaya, makin sering ngadain lomba, makin sering bagi-bagi duit syukur-syukur kalo bisa bagi-bagi mas-mas. Maapkeun kalo ceritane ndak koplak blas apalgi horror ngehehehe, maklum saya ndak sukak horor, sukanya honor…yang penting sih cukup dimenangin saja kalau saya kekekeke, makasiiihhh muahhhh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun