Nah khan, ternyata semuanya jadi tidak sesederhana yang saya lihat. Tapi tetap saja, hilangnya sawah-sawah di desa dari hari ke hari membuat saya baper. Perlahan tapi pasti sawah-sawah itu tak akan lagi menghasilkan padi, gabah, beras, sampai dengan nasi. Padahal, jumlah manusia semakin banyak. Nalarnya sih akan makin banyak pula yang dibutuhkan. Jadi sepertinya memang kita mesti merelakan diri untuk makan beras produksi luar negeri pada masa yang akan datang. Atau kalau mau lebh dramatis, manusia masa depan hanya akan makan pil yang isinya ekstrak macam-macam seperti di film-film gitu termasuk kulit manggis tentu saja.
Eh tapi tunggu dulu dink, jangan-jangan saya ini cuman nggosip, cuman ngayawara, cuman ngibul. Siapa tahu fakta sesungguhnya yang lahan pertaniannnya menyusut dan beralih fungsi cuma ada di kampung saya. Di tempat lain di seluruh Indonesia malah sedang terjadi perluasan lahan pertanian dalam skala besar. Pabrik-pabrik digusur, kompleks rumah mewah yang diratakan, mal-mal dihancurkan dan kemudian semuanya dijadikan lahan bertanam yang suburnya luar biasa. Sejahteralah masyarakat kita,tata tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi.
Sepertinya sih begitu ya, saya saja yang kurang piknik, nyinyiran dan tidak mau membuka diri terhadap realitas yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H