Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LOMBA PK] Restorasi Bikin Film Makin Seksi

24 Agustus 2016   09:15 Diperbarui: 13 September 2016   09:26 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cantikan aslinya daripada posternya, sumprit :p

Meski suka nonton, terus terang saja saya kurang suka dengan film klasik. Namun begitu tahu kalau film Tiga Dara yang sudah selesai direstorasi akhirnya tayang di bioskop kesayangan,saya langsung semangat 45 untuk melihatnya. Dalam benak saya kala itu, kapan lagi saya bisa melihat karya anak bangsa yang begitu melegenda dalam sebuah tontonan audio visual berkualitas. Maka tanpa kebanyakan ribet, ngglundhunglah saya untuk ikut merasakan sensasi kebahagian menonton bersama film kebanggaan buatan Indonesia, mumpung momennya juga pas, pas bulan kemerdekaan gitu loh.

Ternyata eh ternyata, saya sudah telat Saudara. Bioskop kesayangan yang dekat rumah sudah gak nayangin film ini lagi, sehingga saya pun mesti ngesot ke tempat yang agak jauh, namun semua perjuangan itu ada hikmahnya  karena harga tiket disitu lebih murah heuheuheu. Akhirnya tiket sudah ditangan, tempat duduk favorit sudah didapat,cemilan juga sudah siap disantap. Paling cuma kurang gandengan saja, tapi yach santai saja sih, mosok saya mau nyaingin truk yang suka gandengan itu.

Sebelum saya teruskan dengan review nggambleh abal-abal ala saya seperti biasa, saya informasikan sedikit kalau  film Tiga Dara adalah garapan sutradara Usmar Ismail ditahun 1956 dan konon diputar pertama kali secara komersial pada bulan agustus 1957. Jadi filmnya sudah sangat simbah-simbah sebenarnya.Meski begitu, usia yang terpaut jauh sekali tidak menghalangi kecintaan saya, uhuk.

Saya sulit membayangkan di medio tahun 50-an, di zaman yang very-very rikiplik itu, seorang  Usmar Ismail sudah memiliki ide untuk menggarap film seperti ini. saya pernah baca disuatu artikel bahwa era lima puluhan, film yang lagi hits di holywood sana adalah film musical dengan sentuhan komedi segar, sama dengan genre yang diusung oleh film Tiga Dara. Hal ini menunjukkan kalau Indonesia dari dulu sudah mengikut trend dunia yang kekinian.

Kesuksesan sebuah film tentu tidak hanya di tangan sutradara. Ada banyak hal lain yang berperan dan departemen akting adalah salah satu yang paling menarik perhatian khalayak .Tiga Dara memasang artis-artis papan atas sebagai daya pikat. Tersebutlah Chitra Dewi , Mieke Wijaya dan Indriati Iskak. Film ini pun sukses besar baik secara kualitas maupun komersial. Di ajang festifal film Indonesia tahun 1960,Tiga Dara berhasil menyabet piala untuk kategori tata music terbaik. Tak hanya jago di kandang, Tiga Dara juga berhasil merebut perhatian dunia Internasional karena diputar di festival film Venesia. Keren banget kan.

Secara singkat, Tiga Dara berkisah tentang kehidupan tiga orang saudari khususnya kehidupan percintaan mereka. Tersebutlah mbak Nunung si anak sulung yang ceritanya belum dipinang oleh lelaki diusianya yang sudah dua sembilan. Hal ini menyebabkan sang nenek - diperankan dengan apik oleh Fifi Young-  menjadi senewen dan deg-degan. Nenek tidak ingin cucunya hidup dengan status perawan tua. Wong jaman sekarang saja single masih kerap dibully,apalagi di jaman dulu, wah lebih njelehi tentunya.

Kekhawatiran sang nenek justru malah tak mendapat respon dari Ayahnya mbak-mbak itu. Sang ayah -diperankan oleh Hassan Sanusi- cuek-cuek saja dan tidak mau menjodohkan anaknya. Apalagi mbak Nunung tergolong wanita mandiri yang juga tidak terlalu peduli dengan keharusan menikah di usia yang diharuskan oleh sebuah norma kepantasan dalam sebuah masyarakat. Namun sikap cuek keduanya menjadi kesusahan bagi dua adik-adiknya. Kenapa koq bisa begitu, ya karena di zaman dulu itu kalau si sulung masih jomblo, maka ndak ilok bagi adik-adiknya untuk berduaan.

kalo mbak2 udah pose gini, cantik semua deh :D
kalo mbak2 udah pose gini, cantik semua deh :D
Dengan kondisi yang serba dilematis, maka dimulailah acara jodoh menjodohkan mbak nunung. Disinilah cerita bergulir dan mengalir dengan menyenangkan. Saya yang ndak memasang ekspektasi berlebih terhadap film ini karena takut ndak nyambung dengan rentang zaman yang terlalu lebar, nyatanya bisa terpingkal-pingkal melihat keseluruhan adegan yang masih dibalut warna hitam putih semata. Terbukti sekali lagi bahwa film itu bisa melintas zaman dan peradaban. Apa yang diusung oleh Usmar Ismaildi Tiga Dara nyatanya masih banyak yang relevan di zaman sekarang.

Nah, sedikit ulasan film sudah saya sampaikan, kalau mau lengkapnya ya mbok nonton sendiri, mosok ndak modal banget sih. di beberapa bioskop masih tayang koq, tapi kalau apesnya ndak punya bioskop di sekitar tempat tinggalnya, ya mau gimana lagi, sepertinya harus sabar nunggu ditelevisi, daripada saya sarankan download illegal hayo.

Sekarang kita kembali ke intinya. Dari tadi gembar gembor soal restorasi, jangan dikira saya lagi ngomongin gerbong kereta api yang dibuat makan lho ya. Kalau menurut KBBI sih yang dimaksud restorasi adalah pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula (tentang gedung bersejarah, kedudukan raja, negara). Jika dikaitkan dengan film, maka secara sederhana makna  restorasi dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan atau memulihkan film itu ke keadaan semula.

Sebenarnya agak sulit bagi saya dengan nalar yang cupet ini untuk memahami, mengapa sih harus repot-repot merestorasi sebuah film lawas yang kondisinya sudah memprihatinkan. Ternyata selalu ada cerita di balik cerita. Di sekitar tahun 2011, sebenarnya ada wacana restorasi film Tiga Dara oleh EYE museum di Amsterdam yang juga menjadi lokasi penyimpanan seluloid film ini. Namun krisis ekonomi di Eropa membuat niatan mulia urung dilakukan.

Tak mau film legenda karya asli anak bangsa musnah begitu saja, rumah produksi SA film dengan produser Yoki. P Sofyan pun mengambil estafet restorasi. Didukung dengan sumberdaya dan sumber dana yang luar biasa, akhirnya film Tiga Dara bisa kembali hadir ke tengah masyarakat.

Kalau mau dirunut,perjalanan restorasi film Tiga Dara hingga sampai sekarang adalah sebuah proses panjang yang tidak mudah. Kerusakan yang diderita film ini terlalu kronis.Penyakit yang dalam bahasa kerennya disebut Vinegar syndrome harus membuat proses restorasi dilakukan dengan sangat teliti dan berhati-hati, apalagi seluloid yang keritingnya mengalahkan mie instan ini adalah satu-satunya didunia. Sehingga salah sedikit perlakuan bisa berakibat kegagalan total yang bikin modyar.

Proses restorasi sebagian besar dilakukan di L’Immagine Ritrovata, Bologna Italia dan memakan waktu hingga 17 bulan. Sungguh bukan waktu yang singkat. Belum lagi kalau ngomongin soal biaya, 3 Milyar adalah total biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat film ini kembali layak tonton. Sungguh bukan angka yang kecil untuk industri perfilman Indonesia, apalagi kalau dikalkulasikan buat beli endog asin,pasti sudah bisa buat nyetor ke pedagang warteg seantero Indonesia.

Namun , semua perjuangan itu pun akhirnya berbuah manis. Film yang menjadi warisan dan kebanggan bangsa kita akhirnya bisa dinikmati dengan kualitas audio visual yang baik, utuh dan kinclong, formatnya 4K, serasa nonton film baru lho,jernih tiada tara..Semoga kelak akan lebih banyak koleksi film lawas anak negeri yang direstorasi.Kalau boleh request sih,gimana kalo restorasi filmnya budhe Suzanna terus dijadiin tiga dimensi gitu,biar hantunya jadi lebih kece.

Sudah sepantasanyalah kerja kreatif merestorasi film , seperti yang sudah dilakukakan rumah produksi SA film patut kita apresiasi yang setinggi-tingginya. Film dan produk kesenian lainnya adalah juga bagian dari sebuah kebudayaan yang menjadi kebanggaan suatu bangsa. Film Indonesia sudah mulai bangkit dari sisi kualitas dan kuantitas namun hendaknya juga tidak melupakan film lawas. Inventarisasi film djadoel yang mendesak untuk diselamatkan harus segera dilakukan. Restorasi nantinya akan menjadi sebuah pilihan sekaligus kebutuhan, untuk mengembalikan warisan dan aset negeri agar dapat dinikmati oleh semua masyarakat lintas generasi.Butuh kerja keras dan kerjasama dengan semua pihak agar ide besar ini bisa terlaksana dengan baik.

Film bukanlah sekedar adegan berisi gambar bergerak dan dialog suara, ia juga bisa dijadikan sebuah representasi perjalanan  suatu bangsa seperti yang terlihat di Tiga Dara.Kita bisa melihat Jakarta tempo dulu dengan bangunan dan alat transportasi yangsangat berbeda dengan sekarang. Kita juga bisa belajar pola interaksi antar masyarakat , budaya dan pergaulan urban di tahun lima puluhan.

Film adalah aset dan warisan yang harus dijaga bersama. Restorasi sebagai salah satu upaya pelestarian sebuah film  harus mendapat dukungan dari semua lapisan masyarakat sehingga kelak film Indonesia akan menjadi raja di rumah sendiri.

Udah dulu yes, daripada berantem karena provokasi ndak jelas, mbok ya mending liat film, biar bisa melek wawasan dikit. Biar njenengan ndak hobi marah-marah tanpa alasan kaya si itu tuh…heuheuheu

pajang logo PK ah, biar makin kinclong dan dimenangin juri, uhuk :p
pajang logo PK ah, biar makin kinclong dan dimenangin juri, uhuk :p
Artikel ini sengaja ditulis demi memeriahkan Lomba Planet Kenthir  dan karena tergiur lihat hadiahnya yang seabreg. Awas aja kalau jurinya nggak menangin tulisan saya. Nanti saya kutuk kalian jadi waras semua baru tahu rasa. Maafken kalo djudulnya ndak nyambung, namanya juga kenthir.

sumbergambar : kompas.com;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun