Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ramadhan, Lebaran dan Hati yang Terbarukan

30 Juni 2016   08:45 Diperbarui: 30 Juni 2016   09:06 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear teman-teman, apakabar semuanya. Waktu memang benar-benar berlari terus tanpa pernah ingat berhenti dan menengok ke belakang barang sejenak ya. sungguh tak terasa, lebaran sudah anguk-anguk di depan mata dan ramadhan  lekas menjadi kenangan sebagai bagian dari perjalanan waktu kita semua.

Gimana nih persiapannya menyambut sang hari raya.  Sudah selesai belanja baju barunya di midnight sale? Sudah rampung bersih-bersih rumahnya? Sudah penuhkah semua toples kuenya? Sudah mastiin untuk packing barang yang akan dibawa mudik nanti? angpau buat keponakan juga sudah diplotkan kan? jadwal kuliner ke tempat-tempat favorit pasca lebaran juga sudah diagendakan juga to? Oh ya, jangan lupa  janjian dengan salon langganan untuk memastikan penampilan maksimal di hari kemenangan.

Ups, saya ini gimana to. Mbikin pertanyaan koq dangkal gitu, seolah njenengan  semua hanya berpikir buat pesta pora merayakan ramadhan yang akhirnya paripurna di hari idul fitri nanti. kalau begitu daftar pertanyaannya saya ganti saja ah biar yang nulis kelihatan agak keren.

Gimana , masih pada setrong kan untuk ngelanjutin puasa yang tinggal sekejap saja. Sholat tarawih dan tahajudnya masih pada rajin kan? zakat , infak dan sedekahnya ndak ketinggalan to? Buka puasa bareng anak panti asuhan juga masih jalan pastinya. Oh ya, sudah khatam Qur’an berapa kali? Hafalan suratnya juga nambah to? I’tikafnya jalan terus donk?

Saya sih percaya pasti jawaban mayoritasnya iya. Saya percaya njenengan semua benar-benar mencintai ramadhan sepenuh hati hingga mampu menjalani bulan suci ini dengan ikhlas dan bertaburan perbuatan baik.

Sebenarnya saya pingin bilang kalau saya itu sedih tatkala harus berpisah dengan ramadhan. Meski kesedihan saya tentu saja sangat tidak sama dengan taraf kesedihan Rasulullah dan para sahabatnya. Saya hanya manusia yang mencintai ramadhan, karena di bulan ini, kehidupan -terutama disekitar saya- berjalan lebih saréh, tenang, nyaman.  Pelakon hidup yang biasanya kemrungsung menjadi lebih sabar, bahkan hal baik yang jarang dilakukan di hari-hari biasa pun diobral habis-habisan di bulan ini.

Sungguh saya terkesan dengan perubahan yang terjadi di bulan puasa. Jalanan yang terkenal beringas dan penuh serapah pun mendadak lebih kalem, meski kemacetan yang menyiksa masih menjadi musuh bersama. Ketidakpedulian yang menjadi trademark ibukota pun seolah sirna. Banyak sekali kita jumpai ketika jelang maghrib di jalan-jalan utama, para remaja dengan senyum sumringah membagikan makanan berbuka kepada para pengguna jalan yang masih terjebak dalam lalulintas jahanam.

Mari kita pindah lokasi. Panti Asuhan, Panti Jompo atau tempat-tempat sosial lain yang biasanya senyap juga menjadi semarak di bulan ramadhan. Dari acara buka bersama, bagi bingkisan hingga sahur bareng. Jiwa-jiwa  yang biasa bergumul dengan sepi dan terpinggirkan menjadi hangat dan ceria.

Bahkan tak hanya para manusia yang bersuka dengan ramadhan. Masjid  pun merasa riang karena tak lagi kesepian. Lima waktu sholat selalu saja ada yang mengunjungi. Kemewahan  yang didapatkan khusus di bulan ini.

***

Dan sekarang, ramadhan akan segera berlalu meninggalkan kita semua. Mendadak saya merasakan suwung di hati. Ada bagian hati yang bergembira karena sebentar lagi (katanya) lulus ujian. Namun sebagian hati lainnya merasa  nelangsa. Akankah kebaikan-kebaikan yang terhampar di satu bulan terakhir ini harus ikut berlalu bersama hingar bingar hari raya.

Akankah nanti akan saya jumpai lagi senyum-senyum ramah dijalan raya meski kemacetan ngehék melanda, masihkah anak yatim, anak jalanan dan kaum tak berpunya lainnya senantiasa dirangkul dengan limpahan cinta dan kasih sayang, masih mungkinkah kita menahan diri dari nafsu berdebat tak berkesudahan, tak bisakah kita mengebiri hasrat berbagi fitnah dan caci maki, bisakah kita mengendalikan kehendak merugikan kepentingan orang lain demi kebahagiaan diri sendiri.

***

Ahh..sepertinya saya terlalu berlebihan mengkhawatirkan sesuatu. Kekhawatiran saya hanya cocok untuk saya sendiri, bukan untuk teman-teman sekalian. Saya percaya tempaan satu bulan penuh di ramadhan kali ini akan membuat njenengan semua terlahir menjadi pribadi  baru yang linuwih . Sosok berhati bersih dan selalu membentengi diri dengan puasa di sebelas bulan lainnya. Puasa dari semua hal-hal buruk yang akan membatalkannya, seperti yang telah dilakukan di bulan ramadhan.

Sepertinya , tulisan tak tentu arah ini saya cukupkan sampai disini. Selamat mudik untuk semua yang menjalankan ritual ini. Terus berhati-hati selama dalam perjalanan, selamat bertemu dengan keluarga, handai taulan dan orang-orang terkasih di kampung halaman. Selamat menuntaskan rindu agar bisa kembali dengan kantong rindu yang sudah kosong dan siap diisi kembali tahun depan dengan perkenan Allah  tentunya.

Untuk yang tidak mudik dengan berbagai alasan, tak perlu bersedih hati. Idul fitri bisa dirayakan dimana saja dihamparan bumi nan luas ini. Akhirnya , selamat berlebaran untuk semua yang merayakan, mohon maaf lahir batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun