Akankah nanti akan saya jumpai lagi senyum-senyum ramah dijalan raya meski kemacetan ngehék melanda, masihkah anak yatim, anak jalanan dan kaum tak berpunya lainnya senantiasa dirangkul dengan limpahan cinta dan kasih sayang, masih mungkinkah kita menahan diri dari nafsu berdebat tak berkesudahan, tak bisakah kita mengebiri hasrat berbagi fitnah dan caci maki, bisakah kita mengendalikan kehendak merugikan kepentingan orang lain demi kebahagiaan diri sendiri.
***
Ahh..sepertinya saya terlalu berlebihan mengkhawatirkan sesuatu. Kekhawatiran saya hanya cocok untuk saya sendiri, bukan untuk teman-teman sekalian. Saya percaya tempaan satu bulan penuh di ramadhan kali ini akan membuat njenengan semua terlahir menjadi pribadi  baru yang linuwih . Sosok berhati bersih dan selalu membentengi diri dengan puasa di sebelas bulan lainnya. Puasa dari semua hal-hal buruk yang akan membatalkannya, seperti yang telah dilakukan di bulan ramadhan.
Sepertinya , tulisan tak tentu arah ini saya cukupkan sampai disini. Selamat mudik untuk semua yang menjalankan ritual ini. Terus berhati-hati selama dalam perjalanan, selamat bertemu dengan keluarga, handai taulan dan orang-orang terkasih di kampung halaman. Selamat menuntaskan rindu agar bisa kembali dengan kantong rindu yang sudah kosong dan siap diisi kembali tahun depan dengan perkenan Allah  tentunya.
Untuk yang tidak mudik dengan berbagai alasan, tak perlu bersedih hati. Idul fitri bisa dirayakan dimana saja dihamparan bumi nan luas ini. Akhirnya , selamat berlebaran untuk semua yang merayakan, mohon maaf lahir batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H