Tapi bagaimanapun kami tahu kalau mushola tersebut ada kepengurusannya. Akhirnya pas ada praktikum sore di akhir pekan dan sepi orang, kami -yang sudah sangu alat-alat kebersihan- segera beraksi. Gosok sampai cling dengan lirik sana sini takut ketauan. Begitu selesai diluar, kamipun ganti kedalam. Ambil mukena dan segera dimasukkan ke dalam tas. Weits , jangan suuzon dulu, kita ndak bawa mukenanya ke pasar klithikan koq, cuma mau dicuci dan dikembalikan lagi esok hari sebelum ketahuan hahaha.
Setahu saya, agama islam sangat pro terhadap kebersihan. Makdarit sudah seharusnyalah sebagai umatnya mbok ya-o selalu berusaha untuk menjaga kebersihan baik lahir maupun batin. Wong sudah susah-susah mbangun tempat ibadah, bahkan kadang direwangi sambil nyari donatur sana sini, lha koq begitu jadi malah dibiarkan mangkrak ndak diurusi. Kalau sudah begitu siapa yang mau betah berlama-lama disana to.
Kalau membersihkan yang kelihatan saja malas , lha gimana mau membersihkan yang ndak kelihatan. Iya to?....membersihkan hati dan pikiran maksudku, ndak usah jauh-jauh, ini lagi puasa nanti capek lho.
------0o0-------
nb : isi tulisan insya Allah ndak fiksi, nama lokasi sengaja ndak diperinci dan semoga bliyo yang discreenshot ndak tahu hehehhe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H