Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Selimut Debu, Kisah Mendebarkan di Negeri Afghanistan

26 Januari 2016   10:25 Diperbarui: 26 Januari 2016   11:03 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Afghanistan adalah negara Islam, yang otomatis mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Pola interaksi yang ada disini sangat membatasi adanya hubungan diantara lawan jenis. Jangankan pacaran, bahkan untuk etnis tertentu menyebut nama perempuan adalah hal yang tabu. Pernikahan adalah hasil perjodohan orang tua, dan wanita tidak diperkenankan keluar dari rumah tanpa didampingi lelaki keluarganya. Mahar dalam perkawinan sangatlah mahal, karena itu tak mengherankan bahwa banyak laki-laki tak mampu akhirnya melajang tanpa pendamping. Tak heran, sebagai Khareji atau orang asing AW jadi sering ditodong pertanyaan tentang harga perempuan di negaranya. Dan jangan tanya hukum perzinahan disini, karena sekali terbukti bersalah, ancaman rajam sampai mati mesti dilakoni.

Semakin banyak jumlah lembar yang dibaca, semakin terbuka pula pengetahuan tentang Afghanistan. Negara ini tak melulu soal anak-anak yang berkalung Kalashnikov atau janda-janda perang yang mengemis di jalanan berdebu. Negara ini pernah menjadi negara yang damai, negara ini pernah memiliki warisan budaya adiluhung yang hancur sekejap masa karena peninggalan itu dianggap mewakili entitas keyakinan tertentu, negara ini memiliki lembah-lembah hijau yang subur, ternak-ternak yang gemuk, namun sebagian besar masyarakatnya masih terisolir dalam  kemelaratan tanpa akses pendidikan. Bangunan Mall megah dan hotel berbintang di ibukota negara yang sebagian besar hanya dikunjungi para ekspatriat yang bekerja demi kemanusiaan, seolah mewakili anomali dalam kehidupan.

***

Agustinus Wibowo memang seorang petualang sejati, dia tak hanya sekedar menulis catatan perjalanan yang kemudian dibukukan, dia tak hanya mengambil foto sana sini untuk melengkapi tulisannya. Perjalanan yang dilakukannya adalah hal sadar, dan caranya bertutur sangat luar biasa. AW membawa kita kedalam sebuah petualangan yang seru diantara belantara gurun berdebu, gunung tandus, derita bertaruh nyawa dengan berdesakan diatas truk bobrok menaiki punggung bukit, sampai pengalaman ditipu, dibohongi, bahkan dilecehkan oleh etnis-etnis yang berbeda disana. lebih mengasyikkannya lagi, AW menyisipkan latar belakang dan sejarah diantara kisahnya sehingga kita bisa menarik garis merah, kenapa bisa begini dan begitu.

Satu lagi yang saya kagumi, Agustinus Wibowo menuliskan semua pengalamannya dengan seimbang dalam berbagai sudut pandang, tanpa memihak dan menyalahkan salah satu pendapat. Dia tidak menggurui dan mengajak para pembacanya untuk tidak menghakimi sebuah hal hanya dengan melihat dari satu sisi saja. Aghanistan porak poranda ketika perbedaan etnisitas dan keyakinan dijadikan legalitas alasan untuk terus berperang. Apa yang didapat dari sebuah peperangan selain rakyat yang makin menderita.

Kita bisa belajar dari sini, agar bangsa kita yang terkenal dengan keberagamannya tidak mudah diprovokasi dan berperang dengan saudaranya sendiri. Agar zamrud khatulistiwa tetap terhampar menghijau di bumi nusantara dan tidak akan pernah digantikan dengan selimut debu.

disini semua mahal, yang murah cuma satu, nyawa manusia

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun