[caption caption="www.demilked.com"][/caption]Sebentar lagi, timeline saya pasti bakal penuh dengan status-status mengenai resolusi. Seolah tiap menjelang pergantian tahun, manusia harus menuliskan resolusinya. Dengan menuliskan resolusinya di dinding media sosial maka diharapkan orang lain akan tahu apa yang nantinya menjadi tujuan di tahun yang akan datang.
Sik sebentar, sebenarnya dari tadi saya nggambleh soal resolusi, tapi maksud arti kata ini saya ndak mudeng sepenuhnya. Lha, njenengan yang dari tadi mbaca sambil manggut-manggut ternyata juga ndak paham to. Yaudah, berhubung saya mahluk cantik baik hati walau senantiasa dibully, ini saya copas kan dari KBBI online. resolusi/re·so·lu·si/resolusi/r /résolusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan suatu -- yang akan diajukan kepada pemerintah.
Lho, ternyata koq artinya agak melenceng dari yang saya bayangkan. Ah tapi sudahlah, yang saya maksud resolusi di atas tentu njenengan semua juga sudah ngeh sepenuhnya. Ndak usah kita perdebatkan lagi ya, wong bentar lagi udah tahun baru. Kapan Indonesia mau maju kalau manusianya lebih banyak berdebat bukan berbuat.
Sebelum ngglundhung ke resolusi tahun baru, ada baiknya kita melihat spion sejenak. Sudah berapa banyak target-terget di tahun lalu yang berhasil njenengan capai sampai detik pergantian tahun sekarang? Kalau capaiannya bisa melebihi separuh, ya artinya njenengan cukup berhasil menata hidup dan melalui waktu demi waktu dengan efektif dan efisien. Tapi kalau tidak ada seprapat pun target yang sanggup dilampaui, berarti ada yang ndak pas dengan hidup dan kehidupan anda. Entah njenengan yang kurang ngoyo (berusaha) atau target nya yang terlalu ndakik-ndakik.
Wah, saya koq malah jadi mirip manusia baik saja yang hobinya nge judge orang lain kurang itu atau kelebihan anu. Padahal siapa tahu ketidak berhasilan itu disebabkan karena banyak variable, ndak melulu salah orangnya. Iya to, segencar-gencarnya njenengan mbribik cewek pake puisi-puisi indah, masih kalah sama yang ndak pernah bikin puisi tapi langsung kasih hadiah mobil Ferrari.
***
Resolusi memang gampang sekali diucapkan, dituliskan bahkan dikumandangkan dengan gaya orasi para pejuang nan penuh dedikasi. Tapi pada kenyataannya tidak segampang itu untuk dilaksanakan. Hal-hal se-pele sampai se-messi kerapkali jadi batu sandungan yang mbikin njenengan terjungkal di tengah perjalanan. Mari kita coba telaah tanpa melibatkan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pertama adalah sikap ndak disiplin. Lha jelas donk yes, mungkin njenengan sila 8, Dasa Darma Pramuka. Disiplin bahkan disebut duluan daripada berani dan setia. Kalau goal nya sudah jelas, tapi sikap kita masih saja emyeh-emyeh, yo mesti ndak bakal tercapai. Kurang disiplin ini seringkali menggagalkan resolusi-resolusi fantastis setamsil keinginan untuk bisa punya body seyahud kim kardashian tapi olahraga saja ogah, ngemil ndak pernah putus dan volume tidur dibanyakin. Mau sampai saya jadian sama adam Levine yo ndak bakal terwujud, kecuali njenengan piknik ke korsel dan oplas disana.
Poin kedua yang biasanya potensial menjegal adalah kita kurang mengenal diri sendiri. Misalnya ada yang mbikin resolusi tahun ini mesti berwisata keliling eropah. Padahal kenyataannya, kelebihan duit untuk ditabung aja hampir ndak pernah. Ya bukannya mengajarkan untuk berbuat pesimis, tapi kita juga mesti pandai-pandai mengukur kemampuan diri agar tujuan yang telah kita tetapkan dapat dikerjakan.
Selain itu ada lagi yang bisa membuat target makin menjauh. Karena manusia itu homo homini socius, dimana dalam kehidupannya tidak bisa dipisahkan dari keterlibatan dengan manusia lainnya. faktor melibatkan orang lain ini perlu dipertimbangkan juga sebagai pendorong keberhasilan. Misalnya resolusi pingin naik jabatan di tempat kerja, tapi hubungan sama rekan kerja dan bos ndak pernah dibina, apa ya mungkin terlaksana. Atau bagi para generasi harapan bangsa yang punya target wisuda tepat pada waktunya, tapi ndilalah dosen pembimbing skripsinya kebanyakan proyek di luar negeri sehingga skripsi jadi ndak kelar dan terbengkelai. Maka sudah selayaknyalah untuk berpasrah. Usaha toh sudah maksimal, namun saat semesta tak mendukung, yo jangan sampai jadi bingung tak berujung.
Yang terakhir adalah resolusinya ndak realistis. Lho njenengan jangan nyengir gitu to. Saya agak ndak enak buat nulis sakjane, tapi sepahit apapun kebenaran mesti ditegakkan to. Ini sebenarnya resolusi yang justru paling banyak ditulis dan seringkali juga tidak tercapai. Ho oh, bagi yang mulia para jomblo pasti memasukkan menikah dalam list resolusinya. Tapi terkadang mereka ndak eling bahwasanya pacar saja tiada, lha koq mau merit. Mbok ya targetnya diturunin levelnya dulu jadi berhasil nembak gebetan dan akhirnya punya pacar, habis itu baru deh melangkah di pelaminan (duh mudah-mudahan ndak menuai protes karena dikira nganjurin buat pacaran, uhuk). Semua itu ada tahapannya koq mblo, step by step kalo kata NKOTB. Kalo situ ndak tahu NKOTB, mbok ya dolan dulu sana kerumah budhemu, sekalian nanya, sekalian silaturahim dan nambah pahala.
***
Nah, jadi bagaimana. Masih mau mbikin resolusi untuk tahun depan, atau cukup disimpan dalam hati saja tapi dilaksanakan dengan sekuat hati, tenaga dan pikiran. Hmm selamat beresolusi ya teman, selamat menyambut tahun baru. Kaya nya saya ndak mo mbikin resolusi deh, cukup mencari solusi untuk hidup saya yang lumayan mbikin orang lain ngiri. Lho pada ndak percaya? Ya sama sih, saya aja juga ndak percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H