Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sicario : Idealisme, Profesional dan Zona Abu-Abu [Bukan Review]

7 Oktober 2015   09:25 Diperbarui: 7 Oktober 2015   09:25 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari rekomendasi seorang kawan, saya pun memutuskan ngglundhung ke bioskop. Kebetulan waktunya pas karena saya sedang ingin nonton genre film action thriller yang mengandung unsur pembunuhan, tembak-tembakan, intrik, akal-akalan konspirasi dan penuh darah. Intinya saya sedang ingin melihat gelaran visual sadis nan brutal tapi pakai mikir sedikit, dan thanks God saya mendapatkannya disini.

 

Sicario (2015) judulnya, kalau tak salah cuplik artinya kurang lebih adalah pembunuh bayaran. Saya nonton saat hari pertama film ini tayang, tapi pas saya masuk ke theater saya hanya menjumpai beberapa gelintir manusia saja didalamnya tak lebih dari dua puluh, ah syukurlah batin saya sambil menarik kesimpulan bahwa yang rela membayar tiket adalah benar-benar penonton yang serius ingin melihat film.

 

Sengaja saya tak menilik review apapun sebelum menontonnya, hanya sekilas melihat rating di IMDB yang lumayan bagus di angka delapan, meski begitu saya tetap peduli dengan jajaran casting pemain dan sutradara, ternyata film ini dibesut oleh Denis Villeneuve sang sutradara asal kanada yang sebelumnya sukses membuat saya lengket di kursi saat menyaksikan kisah penculikan mendebarkan di film Prisoners (2013) dan berdecak kagum dengan suguhan thriller psikologisnya di film Enemy (2013)

 

Film langsung dibuka dengan adegan penyergapan oleh FBI dan tim SWAT di sebuah rumah kecil di Arizona yang diduga sebagai persembunyian kartel narkoba dan sandera-sanderanya, adrenalin penonton langsung dipompa dengan suguhan tembak-tembakan yang diselingi dengan penemuan puluhan mayat manusia di balik dinding rumah dengan kondisi mengerikan dan diakhiri dengan meledaknya bom di sebuah gudang persembunyian. Beberapa penonton di belakang saya pun kasak kusuk dalam euphoria, mungkin mereka tipikal penikmat crime thriller action kebanyakan, saya pun hanya mengulum senyum di tengah redupnya lampu bioskop sambil membatin ala pemeran antagonis di sinetron kita “ahhh, kamu pasti akan menemui fase disiksa sama Villeneuve mbak mas, tunggu saja waktunya, semoga njenengan tabah heuheuheuheu”

 

***

 

Kisah pun bergulir pasca kejadian itu, Kate Macer (Emily Blunt) yang menjadi pimpinan SWAT saat operasi penyergapan itu mendapat tugas untuk bergabung dengan CIA yang dipimpin Mat Graver (Josh Brolin), tugas ini bertujuan untuk menangkap kepala kartel narkoba di perbatasan amerika-meksiko, Macer hanya mendapat secuil informasi itu saja baik dari pimpinan di kesatuannya maupun dari Matt, namun prajurit mana yang bisa menolak perintah atasan, hierarkinya adalah siap Ndan,laksanakan! Begitu bukan, bukan begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun