Sebenarnya sudah agak lama mau menulis ini, tapi dasar saya orangnya penganut falsafah alon-alon waton ora kelakon ya gini deh, niat tinggal niat tanpa perwujudan. Tapi kan kata pak ustadz semalam niat baik itu sudah dihitung sebagai perbuatan baik apalagi kalau niatan baiknya benar-benar dilakukan bakal tambah jos gandos. Akhirnya dengan semangat nggambleh saya tulis saja ya, semoga ada manfaatnya, kalau nggak ada manfaatnya ya gak pa pa udah biasa hihihihi.
Ceritanya hari itu kita baru saja dolan dari sebuah peternakan di Wandoan, kira-kira 350 an km dari Brisbane Queensland, karena keasyikan ngobrol sana sini rencana yang sudah disusun pun jadi agak molor. Matahari sudah agak condong ke barat saat kendaraan yang kita tumpangi melewati daerah Chincilla, tapi karena kegigihan Malcolm , mentor kita yang ternyata kenal dengan pengelola museum ini akhirnya  kita  pun tetap bisa masuk dan berkeliling di dalam museum walapun jam buka sudah lewat.
Berbeda dari kebanyakan museum di tanah air,
Chinchilla Historical Museum ini terasa lebih informal dan tidak kaku sehingga membuat para pengunjung lebih santai dan menikmati
wisata sejarah. Disana kita disambut oleh Gail yang dipercaya sebagai pengelola museum bersejarah ini. Dari Gail dan Malcolm yang sudah seperti Wikipedia berjalan, saya jadi tahu kalau museum yang berdiri sejak tahun 1880 ini didedikasikan untuk sejarah serta sumber daya asli daerah Chinchilla.
Museum ini tidaklah besar dan mewah, tapi sangat menarik untuk dijelajahi. Secara garis besar ada tiga area sebagai representasi tema-tema yang berbeda. Ada Cypress Pine Centre yang menggambarkan sejarah pertanian dengan menampilkan alat-alat pertanian dari masa lampau yang berjasa dalam pembangunan pertanian di Chinchilla waktu itu. Area selanjutnya adalah Green Plaque Exhibit yang memberi gambaran tentang kerusakan lahan pertanian yang luar biasa karena wabah kaktus berduri, dan yang terakhir adalah Melon Festival Display karena Chinchilla dikenal sebagai daerah penghasil melon dengan kualitas terbaik di Australia dan bagaimana pentingnya industri pertanian melon ini memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kota kecil ini. Festival melon ini diselenggarakan dua tahun sekali dan dirayakan dengan cara yang sangat meriah.
Banyak hal yang menggelitik selama saya mengunjungi bangunan bersejarah ini, betapa warga Chinchilla sangat menghargai sejarahnya, karena dengan sejarah yang sudah terjadi di masa lalu kita bisa belajar banyak untuk memperbaiki apa yang kurang sehingga kehidupan masa depan menjadi lebih baik. Contoh paling sederhana adalah saat melihat
Green Plaque Exhibit yang menggambarkan betapa dahsyatnya serangan kaktus berduri yang merusak seluruh lahan pertanian di Chinchilla di awal tahun 1900 an. Banyak hal dilakukan untuk mengatasi wabah tersebut namun tidak ada yang efektif hingga sekitar tahun 1920an ditemukan metode efektif pemusnahan hama kaktus  dengan menggunakan
cactoblastis moth , serupa larva serangga sebagai senjata biologi untuk memusnahkan hama kaktus dari daerah mereka, dan upaya itu pun berhasil. Keberhasilan ini membuat seluruh petani merayakannya dan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan dibangunnya museum ini, sebagai sebuah
tetenger agar malapetaka itu tidak terjadi lagi.
Masih banyak lagi benda unik yang dipamerkan disini, salah satunya dalah fosil kayu yang sudah membatu. Konon dengan reaksi oksidasi dan proses alam yang menempanya selama ribuan tahun, kayu yang terpendam dalam tanah akan berubah menjadi batu dan menghasilkan batu-batu yang keras dan indah warnanya. Saya kemudian berpikir kalau batu ini ada di negara kita  jangan-jangan sudah ada yang iseng ngambil karena gampang banget, semuanya diletakkan begitu saja di balik lemari kaca sederhana di dalam sebuah bangunan kayu yang juga simple dan tidak ketat pengawasannya. Gak tahu kenapa saya ingat kasus  rebutan batu akik raksasa dan juga trotoar yang dicungkil rame-rame karena konon disitu terkandung batu mulia yang lagi digandrungi massa.
Di bangunan yang lain kita bisa menyaksikan barang-barang yang mungkin kita anggap remeh tapi ternyata seiring dengan perjalanan waktu semuanya mejadi unik, menarik dan memiliki nilai historis yang bisa diceritakan sampai berlembar-lembar. Dari setrika kuno, mesin hitung, mesin cuci, kulkas djadoel, mesin pemintal, kamera kuno, mobil antik, gergaji, traktor tua dan segala
tetek bengek peralatan dari jaman abad lalu, tetapi kelamaan disini ternyata menyeramkan juga apalagi di dekat mesin pemintal yang ada boneka perempuannya. Saya pun bertaruh dengan teman-teman bahwa mengambil foto disana tidak akan bisa, dan ternyata benar adanya huwaaaa…
spooky banget padahal saya hanya
guyon .
Museum ini juga menampilkan bangunan-bangunan asli di masa lalu seperti sekolah, gereja dan juga penjara. Berada di ruangan ini seperti sedang  pergi dengan mesin waktunya doraemon. Namun karena petang sudah menjelang, kita pun harus mengakhiri kunjungan yang menyenangkan  dan bersiap meneruskan perjalanan kembali ke Dalby sebelum ketemu dengan
mbak kunti dari
ostrali yang bisa nembang
Lingsir wengi hiiiiiii
medeniÂ
semua foto dokumentasi keroyokan @iinlhoBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya