Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Django Unchained] Bukan Sekedar Film Koboi Tembak-tembakan

17 Februari 2013   19:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:09 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: scriptshadow.blogspot.com

Akhirnya minggu lalu saya berkesempatan juga menonton film Django Unchained, gara-gara membaca ulasannya mbak messi yang sangat menarik disini dan kebetulan juga layar tancap terdekat sudah menambah jadwal tayangnya dari yang semula hanya midnight,padahal ni film kan sudah tahun lalu ya huft. Karena datang telat, saya pun buru-buru masuk ke dalam cinema yang sudah peteng ndhedet, sambil menuju kursi di barisan atas, saya melihat sekeliling, wah ternyata penontonnya hanya beberapa hohoho, asyik bisa pindah-pindah #ehh

Seperti biasa saya tidak hendak menulis tentang review film ini, karena sudah banyak ditulisakan oleh beberapa kompasianer dan ciamik semuanya hehe, jadi saya mau curhat saja gitu. Seperti sudah banyak diketahui film besutan sutradara Quentin Tarantino yang berdurasi 165 menit ini menceritakan tentang koboi pemburu hadiah bernama Django dan sejarah hidupnya membebaskan diri dari belenggu perbudakan.

Petualangan dimulai dari seorang Dentist Dr. Schultz (Christoph Waltz) yang berniat membeli seorang budak dan yang diincar adalah Django (Jamie Foxx), setelah dar der dor...akhirnya Django pun bebas dari penjua budak tersebut dan ternyata diketahui bahwa Dr. Schultz adalah seorang bounty hunter asal Jerman yang bekerja membunuh bandit-bandit dengan bayaran dolar. Dalam perjalanannya sang dokter tahu bahwa Django sangat berbakat sebagai pemburu hadiah, dan dia pun menawarkan kerjasama sebagai partner namun dengan jaminan Dr. Shultz membantu mencari istrinya yang juga seorang budak dan sekarang dijual entah kemana. Dengan pengalaman dan koneksinya Dr. Schultz akhirnya tahu bahwa Broomhilda (Kerry Washigton) istri Django dibeli oleh tuan tanah keturunan Perancis Calvin Candie (Leonardo di Caprio).

Banyak hal menarik yang membuat saya betah menonton film ini walaupun durasinya lumayan panjang, acting yang jempolan dari para pemainnya mulai dari Christoph Waltz yang memerankan Dr. Schultz (kalau tidak salah akhirnya beliau menyabet golden globe), begitu juga dengan acting Jamie Fox yang seperti bertransisi dari seorang budak tak berharga tanpa hak apapun (bahkan bicara, menikah, naik kuda, sampai minum di bar) menjelma menjadi koboi yang tak akan memberi ampun kepada siapa saja yang menghalangi niatnya. Juga mas cakep Leonardo di Caprio dengan peran antagonisnya yang berhasil membuat saya ilfil , apalagi dengan gigi jeleknya itu dan ekspresi beringasnya ketika menggergaji tengkorak ben atau ketika melihat pertandingan mandingo,fiuhh.

Tapi yang juga sangat membekas adalah Stephen (Samuel L Jackson) seorang kepala pelayan kulit hitam yang sangat kejam dan begitu bangga karena berhasil menjadi orang kepercayaan Monsieur Candie, dan bagi pecinta film Django, jangan lupa ada Franco Nero (Amerigo Vessepi) yang muncul sekilas dan berkenalan dengan Django hihihi, kocak dan seru adegannya.

Walau film ini menampilkan banyak adegan kekerasan dengan banyaknya darah yang tertumpah dari setiap adegannya, namun tetap menyelipkan kekocakan di setiap bagiannya. Apalagi dengan soundtrack yang memukau semakin membuat hati saya tertambat (huehehe..berasa perahu). Yach walaupun begitu, tidak semua orang akan menyukai film ini, karena disini digambarkan secara gamblang bagaimana kaum budak diberlakukan dengan sangat hina, budak tak ubahnya adalah barang yang bisa diperlakukan sesuka tuannya, tanpa diberikan hak sebagai manusia.

Lepas dari itu, sebenarnya film seperti ini akan membuat manusia belajar dari sebuah sejarah kelam agar kejadian memilukan seperti ini tidak akan terulang di masa datang. Saya tertegun pas adegan Django masuk bar dan ditolak keberadaannya oleh masyarakat setempat. Saya kira hal seperti ini masih saja terjadi di masa sekarang , dimana seseorang ditolak keberadaannya oleh masyarakat dan lingkungannya karena dianggap "berbeda, tidak pantas dan tidak seharusnya" ada di situ.

Jika tarantino bilang bahwa film Django unchained dibuat sebagai penawaran terhadap pengakuan sejarah dan rekonsiliasi di Amerika Serikat, mungkinkah semangat itu bisa dibawa juga di Negara kita. Karena bukankah sampai saat ini banyak sejarah di negeri tercinta yang masih simpang siur, abu-abu atau bahkan sengaja dihilangkan dari ingatan.

----------------------------

Jadi..tunggu apalagi mumpung masih weekend nih kawan, bagi yang belum nonton silahkan ke layar tancap terdekat. Nggak nyesel deh hehe, tapi ingat jangan ajak anak-anak ya, tapi kalau ajak saya buat ikutan nonton lagi boleh huehehehe..kabooorr..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun