Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Indonesiaku] Sejuknya Oase di Tengah Gersangnya Tayangan Televisi Kita

4 Januari 2013   03:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:32 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anda merasa menjadi manusia Indonesia yang selalu merasa salah tempat tinggal, sering mengutuk diri sendiri kenapa harus tinggal di negara yang katanya gemah ripah loh jinawi namun kenyataannya tak sebanding dan semakin hari malah semakin mbelgedhes, kadang terbersit di pikiran kenapa tidak dilahirkan saja sebagai manusia berkebangsaan asing yang kehidupannya lebih makmur dan terjamin, mungkin sudah saatnya untuk meluangkan waktu anda sejenak  untuk menyaksikan satu program televisi dari Trans 7 yang bertajuk Indonesiaku.

Dalam program berdurasi tidak lebih dari setengah jam ini, para pemirsa diajak untuk melihat lebih dekat dan ikut merasakan (walau hanya dari balik layar kaca) tentang kehidupan sehari-hari rakyat indonesia yang tinggal di daerah-daerah terpencil bahkan terisolasi dan mungkin saja nama daerahnya terasa asing dan baru kita ketahui setelah menonton acara ini. Seringkali pemirsa juga diajak untuk mengunjungi bagaimana kehidupan saudara setanah airnya yang hidup di daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

Potret keseharian warga direkam jelas disini, bagaimana problematika hidup yang harus mereka hadapi. Di balik kekayaan alam yang melimpah ruah di bumi tercinta, serta undang-undang yang mengamanatkan bahwa bumi, air dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, kenyataannya mereka tetap harus hidup dalam segala ketebatasan, dari zaman perjuangan sampai lebih dari 67 tahun kemerdekaan negara tercinta.

Dari segi transportasi yang sungguh sangat buruk dan tidak layak, jalan yang berkubang lumpur dan tidak pernah tersentuh aspal , jembatan yang tinggal menunggu saat runtuhnya karena sudah kadaluwarsa, berlanjut ke pelayanan kesehatan, dimana ketika hendak berobat ke pos pelayanan kesehatan terdekat harus rela berjalan kaki selama 10 jam lebih, atau mengarungi samudera selama lebih dari 3 jam, bahkan untuk sekedar mendapatkan air minum mereka harus berjuang naik turun bukit tanpa alas kaki, dan tak kalah menyedihkan adalah sarana pendidikan yang kelak akan menghasilkan generasi penerus bangsa.

Jika di kota-kota besar, hampir semua orang tua ingin menyekolahkan anak mereka ke sekolah terbaik dan bertaraf internasional, maka jangan harap untuk mendapatkannya di daerah terpencil dan  terisolir di Negara Indonesia ini. Dengan topografi yang beragam, mendaki gunung, turuni lembah, menyusur sungai dan menerobos hutan, fasilitas pendidikan sangatlah minim. Di salah satu episode ditayangkan di salah satu daerah di NTT, anak-anak sekolah dasar harus rela bangun malam, dan jam 3 dini hari mereka keluar dari rumah agar tidak terlambat sampai sekolah, mereka berangkat bersama-sama dengan menggunakan obor sebagai lentera penerang jalan menuju sekolah mereka. Tak ada raut malas di wajah kecil mereka, hanya semangat membara agar mereka bisa masuk sekolah dan mendapat ilmu esok hari. Dan jangan harap kelas yang sejuk berpendingin udara. Karena disini bahkan kelas harus disekat agar semua murid dapat tertampung semua, dengan guru pengajar yang harus pindah-pindah ruang karena harus mengajar banyak kelas berbeda dalam waktu bersamaan.

Di salah satu episode lainnya di satu daerah di Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Malaysia, dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan dan fasilitas lain yang jauh tidak memadai, terlihat bahwa barang-barang yang dijual di warung atau pasar adalah produk dari negeri tetangga, dari perlengkapan mandi, makanan ringan sampai air mineral kemasan dan bahan bakar. Hampir tidak ada produk dari negeri sendiri yang tampil, karena memang akses menuju Negara tercinta sangatlah susah dan super mahal. Bahkan untuk alat transportasi sehari-hari mereka juga membeli kendaraan bermotor bekas dari Malaysia tentu saja secara illegal karena membeli dari Indonesia tidak memungkinkan bagi mereka. Jadi tak akan pernah mungkin bagi mereka meneriakkan ganyang Malaysia seperti yang sering diteriakkan para demonstran, yang ada hanya kalimat sayang malaysia.

Kisah di atas hanya sekelumit penggalan episode Indonesiaku, masih banyak cerita-cerita nyata yang akan disuguhkan kepada kita, tentang kehidupan saudara kita sebangsa dan setanah air dari sabang sampai merauke, dari pulau rote sampai pulau we. Mereka hidup dengan segala minimnya fasilitas, namun apapun yang terjadi tak akan membuat mereka menjadi lupa akan Negara tercinta, tak ada sebersit niat untuk berkhianat. Di tengah indahnya panorama nusantara yang termahsyur, mereka masih harus hidup dalam keterbatasan dan jauhnya perhatian dari para penguasa , pun wakil rakyat yang duduk di atas kursi empuk , mereka, saudara kita  masih selalu menyemai asa dan semangat juang untuk dapat meraih kehidupan yang lebih layak lagi sebagai bagian dari warga Negara republik Indonesia.

Jangan bilang kenapa mereka masih saja bertahan dengan kehidupan yang sedemikian rupa, kenapa mereka tidak hengkang saja dari tempat tinggal yang serba terisolir dari peradaban dan pindah ke daerah yang lebih layak (menurut kita) , semua karena besanya cinta yang mereka punya, cinta yang akan selalu bersemayam dalam hati, cinta terhadap tanah air, dimana mereka dilahirkan, dan jangan diteruskan untuk bertanya karena mereka bisa cinta, karena bukankah cinta tak butuh alasan. Tak perlu berdebat sampai urat mencuat tentang apa itu nasionalisme, karena saudara-saudara kita disana sudah membuktikannya untuk kita semua.....

Disana tempat lahir beta

Dibuai dibesarkan  bunda

Tempat berlindung di hari tua

Sampai akhir menutup mata

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun