"Mbah.....Mbah!!!" teriakan seorang bocah disertai guncangan pada bahunya membuat Mbah Slamet tersadar dari lamunannya
"Eh iya, ada apa..mau beli kapal-kapalan ya?" Mbah Slamet tersenyum sambil merapikan jualannya
"Aku mau yang merah ya pak" ujar anak berbaju garis-garis itu sambil menatap ke arah lelaki yang berjongkok disebelahnya
"iya..boleh aja, tolong dicoba dulu ya mbah" kata bapak sang bocah
Dengan cekatan mbah slamet pun membakar sumbu dalam kapal seng mainan itu dan klotok.... klotok....kapal kecil itu berjalan didalam ember disertai senyuman sang penjual karena akhirnya ada yang mau membeli barang dagangannya juga hari ini.
***
"Mbah, nganu aku pingin naik dremolen sama ombak banyu ya, mosok mbahkung tiap pasar malam jualan disitu tapi aku belum pernah naik itu..ya mbah boleh to?"Â rengek hawa pada satu malam
"iya ndhuk, mengko nunggu kalau pasar malamnya mau habis aja ya, mbahkung janji" jawab mbah slamet kala itu.
Bagaimanapun hasil berjualan kapal-kapalan itu sudah tidak bisa sebanyak dulu, laku tiga buah dalam sehari saja sudah bagus buatnya, untuk membeli makan dia dan cucunya saja sudah habis belum juga untuk bayar utang di tempat juragan Wawan. Tapi untuk cucu satu-satunya apapun akan dilakukan Mbah Slamet, dia sangat menyayangi hawa yang ditinggal mati ibunya sejak dilahirkan dan ditinggal bapaknya minggat sejak di dalam kandungan ibunya.
***
"Dhuh...maturnuwun Gusti, besok aku bisa ngajak hawa naik dremolen..." Mbah slamet bergumam sambil meringkasi jualannya, sudah cukup hari ini dia berjualan kapal klotok dan ingin segera pulang.
Di tengah jalan yang gelap....Mbah Slamet tersungkur di tabrak seorang berbadan besar, belum sampai dia berdiri sempurna..tiba-tiba..
"ini copetnya!!!!hajar" terdengar suara kerumunan orang dan tanpa ba bi bu hantaman bertubi-tubi mengenai wajah dan seluruh badannya, sakit sekali bagi seorang tua sepertinya, namun lama kelamaan rasa sakit itu pun hilang ..Mbah Slamet merasakan tubuhnya semakin ringan....
"Maafkan mbahkung hawa...." ...hanya kata itu yang terdengar lirih dari bibirnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H