Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tas Hilang Tak Berarti Senyum Harus Hilang

17 Juni 2012   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:53 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, satu nama kota yang tak pernah terbersit dalam pikkiran saya untuk tinggal dan mencari makan disana, bahkan dulu seringkali saya mengejek teman yang selalu pusing dan mengeluh tatkala lebaran tiba dan mereka harus mengeluarkan tenaga dan uang ekstra untuk bisa kembali pulang ke kampung halamannya.

"makanya, nggak usah kerja di jakarta...ngapain juga mesti repot-repot kesana...ning ndesa wae luwih enak...ayem"

Ups...tapi ternyata kalimat yang sering saya ucapkan dulu mental juga dan berbalik arah, kalau istilah kerennya sih gething nyanding. Akhirnya dengan berbagai sebab dan alasan, saya pun terpaksa menjadi bagian dari kota jakarta juga bersanding dengan jutaan warga lainnya yang setiap harinya harus selalu bersemangat memeras keringat agar periuk berisi nasi hangat tetap bisa tersaji dengan nikmat (sumpah deh kalau kalimat ini hiperbola sangat) ^^

***

Sejenak menengok ke belakang bagaimana saya terdampar di belantara ibukota selalu saja menyisakan senyum dan tawa betapa nekat, ndesa dan noraknya saya (dan itu tetap bertahan sampai sekarang, Alhamdulillah banget kan). Agar bisa sehari jadi mengurus segala sesuatu keperluan, maka kami (saya dan dua orang teman kesemuanya perempuan dan sama-sama newbie di kota metropolitan ) memutuskan untuk berangkat sore hingga bisa tiba di jakarta sebelum subuh. Dan pilihan moda transportasi jatuh pada KA Ekonomi Progo karena harganya yang sangat bersahabat dengan kantong kami yang kurang dalam.

Tetapi ternyata satu orang teman ingin ikut juga dan dia anak orang kaya yang terbiasa bepergian lewat udara, apalagi dengan dandanan modisnya membuat kami khawatir kalau nanti jadi sasaran kejahatan orang tak bertanggung jawab, siapa saja juga tahu kalau jaman dahulu naik kereta ekonomi itu bagaikan iwak pindang yang mesti berjejal bahkan hingga ada yang duduk di dalam kamar mandi. Namun si modis tak peduli, dia juga ingin mencoba naik kereta. Apa boleh buat, kami pun hanya bisa menyarankan agar ia sedikit menggembelkan dandanannya, namun ternyata segembel-gembelnya dia tetap terlihat so beautiful di dalam gerbong ini......hahahaha nasib memang.

Kereta sudah meninggalkan stasiun cikampek, sebagian besar penumpang sudah terlelap.  Namun teriakan pedagang masih saja mengiringi derit gesekan rel dan roda kereta api, sampai tiba-tiba terdengar jeritan si modis dari bangku depan saya.

"awwwwwwww....!!!!!!" dan seketika semua orang di dalam gerbong penuh sesak itu pun terfokus kepadanya, dalam keadaan setengah ngiler ...ups maksud saya setengah sadar saya bingung apa yang tengah terjadi, sambil mengucek mata di dalam pikiran saya adalah kereta ini akan menabrak gunung es di depan (tapi kemudian ganglion dalam otak saya segera terhubung dengan cepat bahwa kini saya bukan berada di dalam kapal titanic) dan segera saya hampiri teman saya si modis, ternyata tas jinjing yang dipangkunya dijambret orang ketika kereta masih berjalan lambat, dan gerombolan penjambret segera meloncat keluar gerbong.

Dengan panik, saya pun segera bertanya apa saja yang hilang. Dengan muka yang masih shock dia pun menceritakan kalau dompet, HP baru dan mukena raib bersama tas tangan yang menurut saya juga mahal itu. Saya dan kedua teman pun mendadak lemas dan merasa tak enak hati karena dia kan ikut kami. Namun tak berselang lama, dia pun segera membuka ranselnya dan tersenyum ceria kembali sambil berkata

"yadah...yuk kita minum susu dulu biar sehat" katanya sambil membagikan susu kotak  kepada kami (hiyaaaaaa.....dasar ......) ^^

***

Kereta pun memasuki stasiun tujuan Stasiun pasar Senen, waktu masih menunjukkan pukul tiga kurang lima belas menit, karena tidak ada tempat singgah kami pun memutuskan bertahan disana sampai subuh tiba untuk melanjutkan perjalanan. Kami juga tahu reputasi menyeramkan dari stasiun ini, namun apa boleh buat daripada kebingungan di jalanan mending istirahat di dalam stasiun, dengan catatan si modis kami beri pengawalan lebih hahaha, maklum ketiga orang lainnya adalah para perempuan perkasa, senggol bacok dah kalo saya ^^

Setelah melaporkan kejadian penjambretan di atas kereta dan menunaikan sholat subuh, kami pun akhirnya melanjutkan perjalanan dengan sahabat kami kopaja P20 (disini juga banyak cerita lho hahaha)

***

Ternyata kejadian konyol namun menyedihkan juga itu sudah lewat enam tahun yang lalu...hmm namun masih saja nyengir kalau mengingatnya, betapa untuk mencapai jakarta saja perlu pengorbanan, apalagi untuk tetap bertahan di dalamnya. Walaupun sudah lumayan beradaptasi dengan suasana kota yang super sibuk binti semrawut sekali, namun suatu saat saya tetap memimpikan bisa tinggal di pedesaan dengan rumah besar berhalaman luas dan peternakan sapi perah, domba dan bebek di belakangnya serta kebun bunga dan sayur di halaman depan, tak lupa kolam ikan di halaman samping wkwkwkwkw ...horeeeeee  (mimpi dulu ahhh mumpung masih siang)

____________________________________________

Selamat menikmati sisa waktu di hari minggu ya teman...tetap senyum biar awet cakep nya hihihihihi ... salam :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun