Aku ingin semua orang tahu bahwa kami pernah bersama. Aku ingin semua orang tahu bahwa aku sangat merindukannya. Dan aku ingin semua orang tahu tulisan ini adalah bukti bahwa ikatan hati berada di atas ikatan darah.
Pagi pukul 04.00 am aku bangun. Lebih awal dari biasanya karena jasad Nenek Lin akan dirias sebelum pukul 05.00 am. Di depan jendela aku berdiri, menatap tubuh kaku memakai pakaian seperti pengantin.Â
Satu persatu anak menantu yang sudah datang diminta untuk melihat beliau. Aku diminta Loupan untuk masuk juga. Namun, aku menolak. Aku tak kuasa menahan sesak di dadaku.Â
Aku tidak ingin menangis lagi untuk kesekian kalinya di depan mereka. Loupan tak berhasil, Laoupan Niyang kembali menyuruhku untuk masuk. Aku tak memiliki kekuatan untuk menolak bujukannya.Â
Bersamanya aku masuk. Nenek Lin cantik sekali. Beliau tak terlihat seperti orang yang sudah meninggal. Wajahnya tersenyum kecil menarik banyak kerinduan di hati kami.Â
Prosesi penghormatan itu berjalan tahap-pertahap. Semua anak menantu dan cucu bersimpuh di depan jasad beliau. Aku dan Loupan Niyang berdiri di depan pintu. Semua orang menangis tersedu-sedu, termasuk Loupan yang sejauh ini paling terlihat tegar. Airmata di pagi buta itu mulai tumpah semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H