Mahasiswi Universitas Negeri Semarang (UNNES) jurusan Kesehatan Masyarakat kembali berinovasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan malaria. Sebagai bagian dari program Praktik Kerja Lapangan (PKL) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) SKM Penggerak tahun 2024, salah satu mahasiswi telah berhasil menciptakan leaflet edukasi tentang kewaspadaan malaria bagi pelaku perjalanan terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta.
DIY termasuk dalam beberapa provinsi di Indonesia yang telah mencapai status bebas malaria, bersama dengan Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan beberapa provinsi lainnya di Sumatera. Meskipun angka kasus malaria di DIY sangat rendah, tantangan utama dalam mempertahankan status eliminasi ini adalah risiko penularan dari kasus impor, terutama dengan tingginya mobilitas penduduk dan pelancong. Kasus malaria impor di Yogyakarta umumnya berasal dari penduduk atau pekerja migran yang bepergian dari atau bekerja di daerah endemis malaria seperti Papua atau NTB.
Untuk mencegah peningkatan kasus malaria, diperlukan adanya program edukasi pada pelaku perjalanan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran pelaku perjalanan yang berisiko terpapar malaria, terutama yang bepergian ke daerah endemik. Dalam leaflet yang dirancang, mahasiswa UNNES tersebut menyajikan informasi mengenai apa itu malaria, cara penularannya, gejala-gejala yang harus diwaspadai, faktor risiko malaria, langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang dapat diambil sebelum melakukan perjalanan, serta update kasus malaria di Indonesia dan DIY Yogyakarta dari tahun 2022 hingga 2024 yang diambil melalui data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Dilengkapi dengan scan QR Code pada leaflet untuk kemudahan akses informasi malaria yang terhubung dengan website Kementrian Kesehatan RI.
Dilengkapi dengan visual yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami karena sudah dilakukan tes uji kelayakan tayang, leaflet ini diharapkan dapat menjadi media edukasi yang efektif bagi masyarakat, terutama para pelaku perjalanan yang mungkin kurang memahami risiko malaria. Selain itu, program ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan diri dengan penggunaan obat antimalaria, kelambu, serta cara lain untuk mencegah gigitan nyamuk.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa UNNES berkolaborasi dengan Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas II Yogyakarta untuk mendistribusikan leaflet tersebut di Kantor Induk Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas II Yogyakarta, dan Bandara Internasional Yogyakarta.Â
Program ini menjadi bukti nyata kontribusi mahasiswa dalam memajukan kesehatan masyarakat dan memberikan edukasi kesehatan berbasis kebutuhan. Semoga leaflet kewaspadaan malaria ini dapat terus didistribusikan secara luas dan menjadi panduan bagi pelaku perjalanan dalam menjaga diri dari risiko malaria.