Sejak aku menikah dengan Mas Harun, kami tinggal di sebuah rumah yang lokasinya tidak jauh dari rumah Abah dan Umi.
Menikah adalah mempertemukan dua manusia yang berbeda pola asuh, pendidikan, kebudayaan, dan kebiasaan, maka memerlukan proses dimana satu dengan yang lain saling mengerti dan menghormati kebiasaan masing-masing pasangan, namun...
"Bun, ibu kalau masak itu enak lho."
"Bun, ibu itu kalau pagi semua rumah sudah rapi, dan masakan sudah siap di meja."
"Bun, Ibu itu jago bikin kue."
Dan banyak sekali kalimat itu terucap, dan kalimat sederhana itulah yang menjadi pemicu pertengkaran diantara kami, seperti pagi ini, ketika aku sudah bersiap berangkat kerja, sedangkan semua sarapan sudah aku persiapkan dengan cepat kilat, karena pekerjaanku yang menuntut aku datang tepat waktu, sedangkan suamiku tidak bekerja di sebuah instansi maupun lembaga pemerintahan, namun beliau seorang usahawan, yang tidak di kejar waktu.
"Bun, seharusnya sebelum berangkat itu semuanya sudah siap, dulu ibuku itu pagi sudah siap semuanya."
Kembali ucapan itu aku dengar untuk yang kesekian kalinya, dan kali ini aku sangat tersinggung sekali, bagaimana tidak, aku sudah berusaha menjadi istri dan ibu yang baik buat Mas Harun dan anak-anaknya.
"Bi, tolong anak-anak bawa ke depan, sebentar lagi aku menyusul!." titahku pada Bi Sari, asisten rumah tanggaku.
"Baik Bu." sambil menuntun kedua putraku menuju mobil.
Anak-anak berangkat bersamaku, agar tidak terlambat