Judul Buku         : Kono Uso Ga Barenai Uchi Ni
Judul Terjemahan  : Funiculi Funicula -- Kisah-Kisah yang Baru Terungkap
Penulis            : Toshikazu Kawaguchi
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan            : Ketiga, 2022
Tebal              : 200 halaman
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 9786020663845
Setiap penyesalan akan datang di akhir. Kesalahan yang dilakukan manusia tidak serta-merta karena unsur kesengajaan, tetapi keadaan. Kadang kita berpikir untuk kembali ke masa lalu untuk menebus kesalahan tersebut. Namun, hal itu tidak mungkin karena kita tidak dapat mengubah kenyataan yang terjadi. Kita hanya bisa belajar dari setiap kesalahan dan berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama. "Sekeras apa pun berusaha di masa lalu, Anda tidak mengubah kenyataan"Â (FF, 2022: 89).
Itulah gambaran mengenai novel Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru terungkap. Novel terjemahan ini ditulis oleh Toshikazu Kawuguchi yang pernah memenangkan penghargaan utama dalam Festival Teater Suginami Kesepuluh untuk karya garapannya bersama 1110 Pruduction berjudul Kohi ga Samenai Uchi ni. Kemudian, karya ini diadaptasi menjadi novel pertamanya dan dinominasikan untuk Japan Booksellers' Award 2017.
Funiculi Funicula merupakan sebuah kafe yang mampu membawa seseorang kembali ke masa lalu. Pemiliki kafe ini bernama Nagare Tokita. Tokoh Kazu Tokita, adik sepupu Nagare, sebagai pramusaji yang menyeduh kopi sebagai ritual kembali ke masa lalu. Seseorang ingin kembali ke masa lalu bukan tanpa sebab, melainkan untuk memperbaiki kesalahan atau impian yang belum terwujud kala itu. Namun, ritual ini sebenarnya juga berlaku bagi seseorang yang ingin datang ke masa depan, seperti yang dialami tokoh Katsuki Kurata karena hidupnya sisa enam bulan lagi.
Kisah kembalinya tokoh ke masa lalu atau datang ke masa depan tidak hanya untuk memperbaiki kesalahan, tetapi juga penulis mengungkap rahasia-rahasia di balik kafe tersebut. Penggambaran latar menurut saya cukup kuat dalam novel ini. Latar Kafe Funiculi Funicula ini digambarkan dengan detail sehingga pembaca juga ikut membayangkan kita berada di kafe tersebut, menikmati aroma kopi mocha Ethiopia; menyaksikan Kazu menggiling biji kopi, dan menyajikannya. Kita ikut mengamati orang-orang yang datang ke kafe itu menikmati kopi dengan membawa berbagai persoalan dan harapan.