Beberapa dari cerpennya membahas tentang kematian. Namun, judul cerpen yang menurut saya menarik adalah "Penulis yang Bersedia Atas Kematian Tokoh yang Ditulisnya" dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga.Â
Pada bagian akhir buku ini, pembaca akan dikejutkan lagi dengan cerpen "Dendam Seorang Tokoh Fiksi" menggunakan sudut pandang orang kedua.
Kedua cerpen ini bercerita tentang seorang tokoh yang berprofesi sebagai penulis menciptakan tokoh di dalam ceritanya yang mengalami peristiwa mengenaskan.Â
Pada cerpen pertama, penulis menceritakan tokoh si penulis menciptakan tokoh wanita bernama Fe yang kematiannya sangat tragis. Sementara pada cerpen kedua, penulis menciptakan tokoh fiksi di dalam cerita tersiksa dengan ide yang diciptakan penulis. Akhir dari kedua cerita ini sungguh tidak terduga.
Dari kedua cerpen ini, saya mengakui kelebihan penulis menciptakan ide yang luar biasa. Saya terinspirasi bahwa dari satu ide cerita dapat dikembangkan menjadi beberapa cerpen. Penulis hanya mengubah sudut pandang penulis, tokoh, dan peristiwa yang dialami tokohnya.
Hal serupa terjadi pada cerpen "Melepaskan Belenggu" menggunakan sudut pandang orang kedua yang menceritakan perasaan Drupadi ketika berbagi cinta kepada lima pandawa. Walaupun sebagai penulis pria, Rumadi mampu menggambarkan perasaan wanita yang terbelenggu karena cinta.
Lalu, pada cerpen "Pemanah" yang menggunakan sudut pandang orang ketiga menceritakan seorang pemanah bernama Karna yang memenangkan sayembara, tetapi ditolak cintanya oleh Drupadi karena dirinya hanyalah anak kusir kereta.Â
Sementara itu, ada tokoh Wrusali yang begitu sakit hati melihat suaminya menyukai wanita lain. Â Wrusali hanya bisa menahan rasa sakit hatinya ketika orang yang dicintai mengagumi wanita lain. Walaupun cerita ini diangkat dari mitos, penulis bisa menghadirkan sebuah konflik yang masih ada kaitannya dengan zaman sekarang.
Beberapa cerpennya menurut saya konfliknya kurang menegangkan, tetapi memiliki nilai-nila kehidupan yang sangat dalam dan akhir ceritanya yang tidak terduga. Misalnya, pada cerpen "Tatapan Mata" dan "Perjalanan Tanpa Akhir."
Dari cerpen-cerpen yang disajikan Rumadi, saya menyimpulkan bahwa Rumadi adalah penulis yang tidak berpuas diri pada satu jenis cerpen, tetapi berani untuk mencoba hal-hal baru. Penulis juga pasti menyukai membaca berbagai jenis cerpen sehingga bisa terinspirasi menciptakan cerita yang luar biasa.
Pembaca yang menyukai cerita-cerita romantis atau hanya menyukai genre tertentu, mungkin tidak akan membaca buku ini secara keseluruhan. Namun, pembaca yang ingin belajar menulis cerpen akan sangat terbantu dengan buku kumpulan cerpen ini karena mampu menginspirasi kita untuk menciptakan cerita dengan beragam konflik, gaya penceritaan, dan tema cerita yang diangkat.