Mohon tunggu...
IIM IMANDALA
IIM IMANDALA Mohon Tunggu... Guru - Membuka cakrawala berpikir melalui menulis

Guru SLBN Cicendo Kota Bandung dan Sebagai Mahasiswa S3 Nanjing Normal University China

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Perolehan Bahasa

8 September 2018   17:28 Diperbarui: 8 September 2018   17:38 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori perolehan bahsa terdiri dari 3 pandangan, yaitu teori behavioral,  teori psikolinguistik, dan teori kognitif. Di bawah ini akan diejelaskan  satu per satu teori-teori tersebut.

1.  Teori Behavioral

Dari sudut ini perkembangan bahasa dikaji dari sudut pandang teori  operant conditioning B.F. Skinner (Lerner, 1988). Pandangan ini  berkeyakinan bahwa bahasa dapat dipelajari melalui imitasi dan penguatan  (reinforcement). 

Bayi yang pada awalnya tidak memiliki  pengetahuan/pengalaman berbahasa, secara bertahap memperoleh  keterampilan berbahasa melalui imitasi yang mendapatkan penguatan dari  model (lingkungan) yang ditirunya itu. 

Contoh, orang tua yang  gembira/senang melihat bayinya mengucapkan bunyi bicara suatu kata  tertentu. Kemudian orang tua itu mengikuti apa yang bayi ucapkan  (penguatan) dengan respon yang menyenangkan. Maka bayi akan mengulang  bunyi ucapan itu dan mencoba meniru ucapan orang tuanya. Jadi, melalui  perilaku bahasa dapat dipelajari dengan prinsip-prinsip imitasi dan  penguatan.

Dalam konteks pembelajaran bahasa, teori behavioral berpandangan  bahwa perilaku berbahasa dapat dimunculkan dan dibentuk melalui  manipulasi stimulus dan factor-faktor penguatan yang ada  dilingkungannya.

2.  Teori Psikolinguistik

Teori psikolinguistik berpandangan bahwa 'mekanisme perkembangan  bahasa dipengaruhi oleh factor biologis dan genetic' (Lenneberg, 1967  dalam Lerner, 1988). Pandangan ini berkeyakinan bahwa anak-anak belajar  bahasa dan menggunakannya karena adanya pengaruh factor biologis. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan pembawaan sejak lahir. Jadi  kapasistas itu sudah dibawa oleh manusia sebagai factor genetic.

Ketika anak belajar berbahasa sesungguhnya ia telah memiliki modal  berbahasa yang dibawanya sejak lahir. Oleh karena itu anak-anak belajar  berbahasa tidak hanya belajar satu set kalimat tetapi lebih kepada  internalisasi system bahasa untuk memperoleh pemahaman dan membuat  kalimat baru.

Implikasinya dalam pembelajaran kita harus mengenali bahasa sebagai  sutau fenomena alam yang ada dalam diri manusia. Melalui penataan  stimulasi lingkungan dan mendorong penggunaan bahasa yang terintegrasi,  maka kemampuan berbahasa anak akan berkembang.

3.  Teori Kognitif

Kognisi dapat diartikan sebagai proses memahami sesuatu yang  diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan (Alimin, 2008). Dimana  pemahaman tersebut  diperoleh melalui proses yaitu proses sensoris dan  persepsi (visual, auditif, kinestetk, dan taktual). Proses itu sendiri  terjadi melalui suatu struktur kognitif yang disebut skemata.

Jean Piaget menyebut struktur kognitif  sebagai skemata (Schemas),  yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat,  memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena  bekerjanya skemata ini. 

Skemata ini berkembang secara kronologis,  sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya dan  berlangsung terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Proses  terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus  baru tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi adalah proses "kognitif di mana seseorang mengintegrasikan  persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang  sudah ada di dalam pikirannya" (Suparno, 2001 dalam Indriyani, 2011).  Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung  memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk  ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. 

Menurut Wadsworth dalam  (Suparno, 2001:22) asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, tetapi  memperkembangkan skema. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama  kali melihat harimau maka ia akan menyebut harimau itu sebagai kucing  besar, karena ia baru memiliki konsep kucing yang sering dilihatnya. Ia  memiliki konsep kucing dalam skemanya dan ketika ia melihat harimau  untuk pertama kalinya, maka konsep kucinglah yang paling dekat dengan  stimulus.

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan  atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai  dengan skema yang sudah ada.  Dalam proses ini dapat pula terjadi  pemunculan skema yang baru sama sekali. 

Contoh seperti di atas, untuk  pertama kalinya anak akan menyebut harimau dengan sebutan kucing atau  kucing besar. Melalui proses sensori dan persepsi maka skema yang sudah  ada terjadi perubahan yaitu adanya penambahan skema tentang harimau.  anak menjadi memahami bahwa harimau itu bukan kucing tetapi sebagai  konsep baru bahwa ada binatang yang disebut harimau sehingga tersimpan  dalam pemahamannya tentang harimau.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistim kognisi seseorang  berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap  berikutnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu  karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan  seimbang antara struktur kognisi dengan pengalamannya di lingkungan.  

Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu  tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Sehingga  "perkembangan bahasa seorang anak akan semakin berkembang sesuai dengan  kematangan mentalnya" (Lerner, 1988:317).

Pembelajaran bahasa dalam perspektif teori kognitif adalah  menciptakan interaksi antara anak dengan berbagai pengalaman belajar,  pengalaman berbahasa, dan menciptakan lingkungan yang mendorong anak  untuk memperoleh pemahaman bahasa. 

Kuncinya adalah memulai dari apa yang  sudah anak ketahui dan secara aktif menciptakan pembelajaran yang  membangun pemahaman. Sehingga perkembangan bahasa dan kemampuan  pemahamannya akan berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan  pengalaman berbahasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun