Wara ialah hati-hati, menahan diri, atau menjaga diri agar tidak terjerumus kepada jurang kebinasaan. Kita diingatkan oleh kisah seorang pemuda yang menemukan apel lantas memakannya karena saking laparnya. Untuk memastikan apel yang dimakannya itu halal, maka si-pemuda terus mencari-cari pemiliknya. Dia bersedia menikahi putri pemilik apel walau dia itu bisu, tuli, dan lumpuh. Atas iktikad mulianya tersebut, pada akhirnya pemuda tersebut mendapat kemuliaan dari Allah SWT. Bisu, tuli dan lumpuh itu bukan hakiki melainkan maknawi.
Zuhud dikenal dengan sifat yang lebih mengutamakan kehidupan akhirat. Bukan berarti tidak memperdulikan urusan dunia, namun urusan akhirat itu lebih diutamakan. Hidup di dunia hanya sebentar saja dan sebagai wasilah dalam mengapai kehidupan yang abadi di hari akhir nanti. Sifat zuhud sangat dicintai Allah SWT.
Sabar dapat diartikan ikhlas menerima segala sesuatu yang telah menimpa pada dirinya. Â Orang yang sabar selalu berkhusnudhan pada ketentuan dari Allah SWT. Pun demikian orang yang sabar selalu berupaya mengendalikan diri. Bukan hanya sabar saat diuji sesuatu yang menyakitkan saja dengan tetap beribadah kepada Allah, melaikan atas ujian kebahagiaan juga. Apakah akan mengembalikannya kepada Allah SWT., atau malah berlaku sombong. Â
Sifat lainnya untuk menjaga kesucian jiwa ialah syukur. Secara Bahasa syukur ialah berterima kasih. Pada implementasinya dipastikan berterima kasih atas segala sesuatu yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Al Syakirin meyakini, dengan bersyukur, karunia yang diperolehnya akan terus memberikan keberkahan. Al syakirin juga selalu memiliki kepekaan social. Dia sadar, dari sekianbanyak rizki yang dimilikinya, terdapat hak orang lain yang harus ditunaikan.
Tawakal ialah berserah diri kepada Allah SWT sambil atau sesudah berusaha. Tawakal merupakan salah satu indicator dari keimanan (Al Anfal; 2). Seseorang yang memiliki jiwa tawakal, biasanya pantang menyerah dan selalu memaksimalkan usaha. Teologi qodariyah dijadikan semangat untuk memaksimalkan usaha, dan teologi jabariyah dijadikan benteng keimanan. Segala seuatu atas kehendak Allah SWT. Atau, kedua teologi tersebut digabungkan. Pada saat akan melalui sesuatu, seorang yang tawakal akan selalu menguatkan dengan doa dan memaksimalkan usaha
Sifat terakhir dalam tazkiyatun nafs yang direkomendasikan Al Ghazali ialah Makrifat. Ma'rifat merupakan pengetahuan tentang penyerahan diri seseorang kepada Allah SWT. Seseorang yang yang ma'rifat, akan selalu berusaha dekat dan dekat kepada Tuhannya. Dia sadar, segala gerak langkahnya selalu terkoneksi dengan nilai-nilai illahi. Dia akan takut manakala melakukan amalan yang tidak diridhai Allah SWT. Sifat ma'rifat ialah puncak dari kedekatan seseorang pada Tuhannya. Maka tak heran manakala seseorang yang ma'rifat akan menunjukkan akhak mulia.
Wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H