Mohon tunggu...
Musni Umar
Musni Umar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Spirit Tahun Baru Islam 1439 H Untuk Meraih Kemajuan

21 September 2017   19:31 Diperbarui: 21 September 2017   20:19 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini 1 Muharram 1439 H adalah tahun baru Islam.  Penanggalan Islam dimulai bukan diambil dari lahirnya Nabi Muhammad SAW, tetapi dari mulai hijrah atau berpindah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Yasrib yang sekarang bernama Madinah.

Pertanyaannya, mengapa penanggalan dalam Islam dimulai pada awal Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya hijrah (pindah) dari Makkah ke Madinah?  Prof. Dr. Dede Rosyada, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam konferensi internasional tentang Alqur'an yang diselenggarakan Perguruan Tinggi Ilmu Alqur'an Jakarta (21/9/2017) mengemukakan bahwa Islam mulai bangkit dan mengalami kemajuan yang luar biasa, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Pada mulanya jumlah umat Islam hanya sekitar 70 orang, setelah hijrah meningkat drasis jumlahnya menjadi ribuan dan bahkan puluhan ribu.  Penyebabnya karena Nabi Muhammad di Madinah tidak hanya sebagai Nabi, tetapi juga sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.  

Sebagai Kepala Negara, Nabi Muhammad SAW berhasil mempersatukan kaum Aus dan Hazraj yang terus-menerus bertikai.  Begitu pula Nabi Muhammad SAW sukses mempersatukan kaum Yahudi, Nasrani, Majusi dan kaum Muslim.  Nabi Muhammad SAW ketika membangun negara baru yang disebut Madinah dengan  membangun kesepakatan bersama dari berbagai suku dan agama yang berbeda, yang dibuat secara tertulis yang disebut sebagai Piagam Madinah. 

Spirit Hijrah

Berdasarkan fakta sejarah dari kebangkitan dan kemajuan Islam pada awal Islam dikembangkan, maka sebagai sosiolog amat meyakini bahwa spirit tahun baru Islam yang diambil dari awal hijrah Nabi Muhammad SAW, bisa menggelorakan semangat bangsa Indonesia untuk bangkit dan maju.  

Setidaknya ada tiga alasan, spirit hijrah bisa menjadi momentum untuk membawa kebangkitan dan kemajuan seluruh bangsa Indonesia.  Pertama, secara teologis, di dalam Alqur'an Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah.  Perintah hukumnya adalah wajib untuk diwujudkan (diimplementasikan). 

Kedua, secara konstitusional, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didirikan dan diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 mempunyai tujuan yang  melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahetaraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....".  Kalimat tersebut merupakan perintah secara konstitusional untuk dilaksanakan oleh seluruh bangsa Indonesia.  

Ketiga, secara sosialogis, bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, etnis dan agama, pada dasarnya adalah bangsa yang rajin, ulet dan pekerja keras.  

Oleh karena itu, jika spirit atau semangat tahun baru Islam yang diambil dari hijrah diamalkan, maka tidak ada alasan bangsa Indonesia untuk tidak maju seperti bangsa-bangsa lain di dunia.

Peta Jalan Pembangunan  

Sampai saat ini masih terdapat dua pandangan besar tentang peta jalan pembangunan Indonesia  untuk meraih kebangkitan dan kemajuan. Pertama, pembangunan pisik seperti yang dilaksanakan pada masa Orde Baru dan Orde Reformasi yaitu menjadikan titik sentral pembangunan pisik dengan mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Kedua, pembangunan sumber daya manusia. Pada awal Orde Refrmasi, para anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah menetapkan dalam perubahan UUD 1945 dengan menetapkan "anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen". Akan tetapi, paradigma berpikir para pemimpin pemerintahan Indonesia yang sudah silih berganti, belum berubah. Pembangunan pisik masih menjadi titik sentral dari pembangunan Indonesia. 

Para pemimpin Indonesia tidak pernah belajar bahwa kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan keberhasilan dalam pembangunan sumber daya manusia.   Pembukaan Konstitusi Negara Republik Indonesia seperti dikemukakan diatas yang menyatakan "memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa" pada intinya adalah pembangunan manusia.  Tetapi dalam praktik, pembangunan identik dengan pembangunan pisik, maka setelah Indonesia membangun 50 tahun lamanya yaitu di era Orde Baru 32 tahun dan era Orde Reformasi 18 tahun lamanya, mayoritas bangsa Indonesia belum berubah, masih berada dalam kubangan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. 

Kemajuan secara pisik yang kita saksikan seperti bangunan gedung-gedung pencakar langit diberbagai jalan di DKI Jakarta misalnya,  mayoritas bukan milik bangsa Indonesia.  Pada hal untuk membiayai pembangunan, pemerintah telah berutang dalam jumlah yang luar biasa besar, dan kekayaan alam Indonesia telah di eksploitasi secara besar-besaran.

Jalan Keluar    

Untuk keluar dari masalah yang dihadapi, maka momentum Tahun Baru Islam, bangsa Indonesia harus berhijrah. Pertama, bangsa Indonesia harus introspeksi (muhasabah) sambil melakukan koreksi apakah peta jalan pembangunan yang dilakukan selama 50 tahun Indonesia sudah semakin mendekatkan seluruh bangsa kepada tujuan kita merdeka yaitu masyarakat adil dan makmur.

Kedua, melakukan dialog atau diskusi untuk membicarakan secara terbuka, jujur dan obyektif,  apakah pembangunan Indonesia yang dilaksanakan sudah sesuai pembukaan konstitusi kita UUD 1945.  

Ketiga,  melakukan koreksi.  Apakah pembangunan yang dilaksanakan selama 50 tahun Indonesia merdeka sudah sesuai arah dan tujuan kita merdeka atau belum.  Jika belum, maka harus di dialogkan apa penyebabnya. Bisa karena konsep pembangunan yang salah, atau pelaksanaannya yang tidak tepat, sehingga ada koreksi atau perbaikan di masa depan.  

Keempat, semangat berhijrah (berpindah) dari kondisi yang tidak baik seperti yang kita masih alami sekarang harus terus dilakukan agar ada kebangkitan dan kemajuan seluruh bangsa Indonesia.

Kelima, optimisme dikalangan bangsa Indonesia harus terus-menerus digelorakan.  Semangat hijrahmulai dari jiwa, pikiran atau pandangan, semangat serta tekad yang disertai bekerja lebih keras harus dibudayakan di kalangan bangsa Indonesia agar kita meraih kemajuan dan kejayaan.     

Allahu a'lam bisshawab

   

 

 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun