Dulu aku bisa dikatakan sebagai siswa yang rajin dan pintar dikarenakan dari SD-SMP meraih ranking 1 dikelas. Â Semasa itu aku seorang yang egois, suka pilih-pilih teman dan pembully. Tetapi, anehnya banyak orang yang mau berteman denganku ntah karena apa, bahkan jika difikir-fikir buat apa berteman denganku. Saat memasuki masa SMA aku dimasukkan orang tuaku kedalam Pondok Pesantren yang pada saat itu kehidupanku berbanding terbalik jika dilihat pada saat masa sebelumnya. Aku tidak mendapatkan teman, aku sering di bully, dan apapun itu aku tidak dihargai.
Ya.. itu kisah aku yang dapat aku jadikan Pelajaran hidup bahwa KARMA IS REAL. Aku terima semua perlakuan mereka saat itu, karena aku pernah melakukan perlakuan yang sama terhadap seseorang sebelumnya. Tetapi, pada kejadian itu ada sisi positifnya selama aku tidak ada teman, aku selalu menyendiri dan kesepian itu aku di sibukkan belajar, belajar dan belajar untuk membuktikan kepada mereka yang menyepelekankku bahwa aku itu bisa mencapai prestasiku tanpa ada dukungan seorang teman. Keseharianku benar-benar hanya belajar dan menghafal kitab-kitab di Pondok, dan usaha itu menghasilkan buih, aku mendapatkan Juara 3 Tahfidz Juz A'mma mewakili Kabupatenku, dan aku mendapatkan Universitas yang aku impikan.
Nasehat penulis: Berteman itu tidak boleh membedakan-bedakan apalagi membully ya teman-teman, suatu saat apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai. Ngundhuh wohing pakerti (Apa pun yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sepadan.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H