Mohon tunggu...
Ita Maisaroh
Ita Maisaroh Mohon Tunggu... -

i'm student of UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengukur Kesadaran Diri Sendiri

13 November 2013   08:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Mengenai diriku, semua yang ku ketahui adalah bahwa aku tidak tahu apa-apa”

Socrates

Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan (awareness) kesiagaan atau mawas diri. Kesadaran juga bisa diartikan dengan kondisi dimana individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal, namun kesadaran juga mencakup dalam presepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat.

Disini zeman (2001) membagi kesadaran kedalam 4 kategori: (1) kondisi terjaga (waking state),yakni kondisi saat kita mempresepsi dan berinteraksi; (2) pengalaman, yang merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-peristiwa yang berlangsung disekelililn kita; (3) kondisi mental kita, yang meliputi keyakinan, harapan, niat, dan hasrat; dan (4) kesadaran diri kita, yang meliputi rekognisi diri, pengetahuan diri, perasaan kepemilikan atas pikiran-pikiran, ide-ide, dan perasaan-perasaan kita sendiri.

Seperti halnya mahasiswa yang pergi untuk kuliyah, awal niatnya adalah untuk menuntut ilmu dan memberantas kebodohan. Disaat kita pergi kuliyah tetapkah niat awal itu tertanam dalam hati kita? “tak perlu anda menjawab pertanyaan ini untuk saya, cukup renungkan dalam diri kita masing-masing”. Tak jarang fenomena dalam dunia perguruan tinggi berangkat kuliyah hanya untuk absen jika tidak ada dosennya dan mengerjakan tugas saja, tanpa mengetahui dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Disini fenomena kita berangkat kuliyah dalam teori Zeman yang ke-(3) adalah kondisi mental kita, yang meliputi keyakinan, harapan, niat, dan hasrat. Tetapi mengapa situasi ini dapat merubah langkah dan awal niat kita tanpa adanya pertahanan untuk mencegahnya, inilah terkait dengan teori Sigmnd Freud tentang Unconsciousness mind (ketidaksadaran).

kesadaran diri kita masih belum sepenuhnya stabil dan kuat. Siapa saja dapat melihat persoalan hidup dengan hatinya maka hatinya akan tumbuh semakin kuat dalam melihat kenyataan hidup karena hati kita adalah tolak ukur kesadaran manusia, dimana manusia yang mengunakan hatinya sebagai awal dalam bertindak maka orang tersebut telah dapat memenangkan hati kecilnya menjadi besar.  Keutamaan pengunaan rasa hati adalah awal kesadaran manusia mendekatan kesadaran fitrah dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun